Tuesday, January 11, 2011

Sabat (שבת) shabbāṯ

Kata "Sabat" pastinya familiar di telinga kita. Saya pun demikian, setidaknya setelah saya lulus SMU saat saya beralih kepercayaan dari 'dupa' menuju 'salib'. Sabat secara harfiah diterjemahkan sebagai berhenti atau istirahat. Hukum Yahudi melarang penganutnya melakukan segala bentuk melachah ("kerja", plural "melachot") pada hari Sabat.

Berdasarkan Traktat Sabat Mishnah (catatan tulisan dari Hukum Lisan Taurat dari orang-orang Yahudi dari generasi ke generasi) 7:2, ke-39 kegiatan yang dilarang itu adalah:
  1. Menabur;
  2. Membajak;
  3. Menuai;
  4. Mengikat berkas gandum;
  5. Membuang sampah;
  6. Menampi;
  7. Memilih;
  8. Mengasah;
  9. Memilah;
  10. Membuat adonan;
  11. Membuat roti;
  12. Menggunting wol;
  13. Mencuci wol;
  14. Memukuli wol;
  15. Mewarnai wol;
  16. Memintal;
  17. Menenun;
  18. Membuat dua simpul;
  19. Menenun dua lembar benang;
  20. Memisahkan dua lembar benang;
  21. Mengikat;
  22. Melepaskan ikatan;
  23. Menjahit robekan;
  24. Merobek;
  25. Menjerat;
  26. Memotong hewan;
  27. Terbang;
  28. Mewarnai kulit binatang;
  29. Menyapu untuk mencari barang yang hilang;
  30. Menandai kulit binatang;
  31. Memotong kulit hingga menjadi bentuk tertentu;
  32. Menulis dua atau lebih huruf;
  33. Menghapus dua atau lebih huruf;
  34. Membangun;
  35. Meruntuhkan bangunan;
  36. Mematikan api;
  37. Menyalakan api;
  38. Memberikan sentuhan terakhir pada sebuah benda;
  39. Memindahkan benda dari tempat pribadi ke tempat umum, atau sejauh 4 hasta dalam batas tempat umum;
Amazed juga baca tulisan Trinity (Naked Traveler) yang cerita kalo ternyata shabbat masih dirayakan sampai sekarang! *sigh*

Terus, kalo gitu apa yang mau diceritakan tentang sabat?

Di gereja lokal tempat saya melayani pun ternyata ada sabat. Namun, berbeda dengan sabat yang dirayakan orang-orang Yahudi sampai saat ini, sabat artinya istirahat dalam melakukan kegiatan pelayanan di gereja. Tujuannya? Fokus kepada Tuhan, cari wajahNya, dengar suaraNya, sama seperti Maria yang duduk dekat kaki Tuhan (Luk 10:38-42). Beberapa orang yang saya kenal pernah menjalaninya. Mereka yang aktif dalam pelayanan 'non-aktif' dalam rentang waktu tertentu. Dan umumnya, mereka yang selesai menjalani masa sabat mengalami terobosan, walau ada juga yang menjadi mundur.

Well, menurut hemat saya sabat tidak penting (at least sampai beberapa waktu sebelum saya menulis di blog saya ini). Kenapa? Sabat sama seperti 'cuti besar' dimana seseorang tidak lagi efektif dalam pekerjaan tuhan (sekali lagi, setidaknya itu yang saya pikirkan beberapa waktu sebelum saya menulis di blog ini). Saya orang muda, masih muda, dan saya tahu orang muda punya kekuatan yang besar dalam pekerjaan Tuhan. Tuhan bekerja dengan luar biasa di tengah-tengah anak muda. I mean, come on! Masakan di saat on fire seperti itu dirimu mengambil sabat?

Paradigma itu berubah seketika seperti tulisan di atas pasir yang disapu ombak pantai yang keras sewaktu Tuhan menggores kata 'sabat' di pikiran saya di awal bulan Desember 2010. Saya, seorang yang mengenal Tuhan sejak 10 Januari 2005, menepis kata sabat itu: "Kalo saya sabat, banyak waktu efektif yang terbuang!" "Saya mau maksimal di usia muda!" "Lagipula, saya akan memasuki umur saya yang ke-23. Waktunya tidak banyak lagi Tuhan!" Argumentasi demi argumentasi terlontar seakan-akan saya lebih mengerti hidup saya daripada Raja saya itu. But still, I was that stubborn to hear! What a shame!

Percaya tidak percaya, hari-hari yang saya lalui setelah itu terasa bukan harinya saya. saya yang biasanya well-organized, menjalani waktu begitu saja tanpa passion untuk hal-hal yang saya lalui. Gosh! Satu catatan yang pernah saya buat kembali diingat: Jika engkau mendengar suaraNya, jangan keraskan hatimu! Jujur, sukacita saya hilang, tidak ada damai sejahtera, dan berhubung saya tipe orang yang takut gagal, saya terus menghakimi diri saya untuk kegagalan yang saya perbuat (even for the smallest failure!)

Akhirnya saya sharing ke mentor (pemimpin rohani) saya. Dan apa yang dia katakan mengkonfirmasi bahwa saya butuh sabat dan saya harus taat sama Tuhan. Entah kenapa, saya lega. Walaupun aneh, karena saya menentang perintah Tuhan untuk saya mengambil sabat (dan setelah saya ketahui ternyata itu semua semata-mata karena kesombongan saya). Malamnya saya mengambil waktu pribadi dengan Tuhan. Saya diingatkan kisah Yesus dicobai di padang gurun. Diingatkan juga tentang 40 tahun orang Israel di padang gurun. Ternyata memang ini waktunya saya menang atas padang gurun saya. Untuk merendahkan diri dan itu yang memampukan saya untuk dapat melakukan perintah-perintah Tuhan. Saat berdoa pun, saya mendapat penglihatan bahwa keadaan saya saat ini seperti bejana yang penuh dengan air, tapi air itu mulai cemar. Bejana itu dituang dan dikosongkan, dan kemudian diisi penuh kembali dengan air yang murni. That's what He's doing to me! Saya dan mentor2 saya (K'Johana dan K'Dian), kami bertiga bergumul mengenai masa sabat saya yang kemudian akhirnya ditetapkan masa sabat saya 2 bulan TMT 26 Desember 2010. Sulit memang, karena ini pertama kali di masa pelayanan saya. Tapi saya percaya Tuhan sedang berpekara!

No comments:

Post a Comment