Monday, March 21, 2011

Malaysia (2)

Grreekkk... Greeekkk... Grreeekkk....

Entah suara apa itu dari luar hostel, tapi yang pasti cukup berisik untuk membuat saya terbangun dari tidur. Pukul 6 pagi. Dan Kuala Lumpur masih gelap. Kebetulan saya ingat jadwal breakfast gratis yang disediakan hostel dari pukul 7 sampai 10. Jadilah saya berusaha tidur lagi. Lumayan, 1 jam.

Alarm Blackberry saya berbunyi di pukul 7. Dengan enggan saya bangun dan bersiap mandi. Puji Tuhan badan terasa lebih segar. Manjur juga pijatan adik saya Vina sepertinya. Saya dan adik-adik saya akhirnya turun (saya dan Vina di lt 3, Fendi di lt 2) untuk sarapan. Saya menyantap roti tawar dengan selai kacang dan teh manis hangat. Adik-adik saya tampaknya lebih memilih corn flakes dengan susu segar. Sedap! *percayalah, kata ini selalu keluar untuk makanan gratis, soal rasa nomor sekian.

Tiba-tiba saya teringat: Oh iya! Saya kan janjian dengan teman STAN saya yang bekerja di DJBC Batam! Well, singkat saya ceritakan tentang teman saya: Indra Prasetya Nugraha. Menuntut ilmu di tempat yang sama tidak menjamin kita mengenal semua teman, apalagi angkatan saya di STAN spesialisasi Akuntansi sampai 20 kelas yang rata-rata 40 mahasiswa! Beberapa setelah lulus, teman saya ini add me as a friend di facebook. Prinsip saya, kalo orangnya tidak saya kenal tapi ada banyak mutual friend pasti anak STAN, dan pasti saya approve. Jadilah suatu waktu teman saya Indra menyapa di facebook dan kami saling kenal karena satu hal yang nyambung: traveling. Nah, berhubung kami kenal lewat facebook saat kami sudah penempatan kerja (saya di kantor pajak Bandar Lampung, dia di bea cukai Batam), jadilah kami berjumpa di hostel Equator. Haha! Lucu juga ternyata kalo baru ketemu, padahal sudah banyak diskusi via dunia cyber.


Flight kami kembali ke Jakarta nanti sore pukul 17.30. Berhubung hostel mengijinkan kami check-out sampai pukul 12 malam, awalnya saya berencana untuk keliling daerah Petaling street (daerah pecinan di KL) dan Bukit Bintang (shopping area di KL)dulu baru kembali lagi ke hostel untuk check-out. Tapi dipikir-pikir rasanya tidak efektif jika kami harus kembali lagi ke hostel. Jadilah kami check out pukul 9 pagi. Kebetulan teman saya, Indra dan ketiga temannya yang lain juga akan check-out. Sebenarnya ingin banget bareng ke Batu Caves bareng teman-teman Indra (Indra sendiri akan menyusul setelah bertemu dengan teman Malaysia nya). Tapi berhubung kami belum beli titipan ortu (ragam jenis snack malaysia), jadi kami batal untuk pergi bareng. Hiks!

Dengan monorail saya menuju stasiun Pasar Seni dan tiba di Central Market. Tempat yang dikenal sebagai jejeran pasar sejak 1888 itu ternyata dibuka untuk umum mulai pukul 10 pagi. Ternyata benar info yang saya dapat dari milis: Kuala Lumpur mengawali hari terlalu siang. Akhirnya saya dan adik-adik saya berputar jalan ke Petailing Street yang tidak jauh dari situ. Ada beberapa toko yang sudah buka. Tapi sayangnya kami tidak tertarik dengan barang-barang yang dijual. Kalaupun ada, mungkin rumah makan prasmanan yang menyediakan  nasi campur dengan berbagai jenis daging (mulai dari babi, bahkan kuda!). Tapi kami membatalkan niat tersebut dengan alasan kesehatan. Berhikmat bukan? Hehee..

Sarapan di hostel tampaknya kurang 'nampol' untuk perut Indonesia kami. Akhirnya, sambil menunggu Central Market buka jam 10, kami pun mampir di KFC. Satu porsi nasi lemak (paket sarapan edisi KFC Malaysia) untuk tiga orang. This is the real Chinese! Haha!

Tepat pukul 10 Central Market dibuka dan kami pun masuk. Alamak! Kok cuma begini? Deretan toko souvenir berjejer dengan lantai dua diisi toko-toko pakaian. I'd rather be at Mangga Dua! Haha! Tapi ada satu toko yang menjual buku-buku bekas. Beberapa novel terbaru, tapi selebihnya novel dan buku lama. Saya pun membeli souvenir 2 magnet kulkas dan 1 souvenir untuk teman kantor yang berjasa membantu saya make it on time ke bandara kemarin pagi (saya orang yang tau berteima kasih bukan? Hehee).

Tidak sampai setengah jam berkeliling, kami pun meninggalkan Central Market dan menuju stasiun Bukit Bintang dengan LRT. Kami masuk ke Bukit Bintang Plaza yang langsung tersambung dengan stasiun Bukit Bintang. Impresi kami pertama kali masuk, seperti ada di ITC Cempaka Mas (tapi dikurang pedagang ponsel yang bejibun di sana). Adik saya yang suka dengan hal 'per-kuku-an' tertarik dengan promo manicure 11 RM. Tapi setelah ditanya ternyata harganya bukan segitu lagi *lha!. Sampai ke suatu toko yang ramainya berbeda, ternyata sale Venicci. Well, walau diskonnya lumayan tapi saya bukan orang yang gampang termakan promosi. Masa iya sepatu teplek biasa harganya 200 rebong? Lewaattt!!!! Tapi ada promo kacamata gaya cuma 15 RM! Karena tertarik, saya dan adik perempuan saya sepakat untuk membelinya (sambil saling mengingatkan: kita belum beli oleh-oleh snack buat papi mami ya!).

Fiuhh.. Lama berkeliling tampaknya kami belum menemukan makanan yang pas untuk dibeli sebagai buah tangan untuk orang tua kami tercinta. Sampai di lower ground: makjam! Pameran makanan Korea! Oh, berjodoh sekali saya dengan Korea! I mean, even when I go to Malaysia, Korea is around still! LOL! Pertama, saya cari Soju! Ayah saya ketagihan minum saat saya bawa kemarin dari Seoul. Tapi sayangnya tidak ada. Sepertinya restricted di Malaysia :(

Dan waktu menunjukkan hampir pukul 2 siang. Oh, no! Saya belum menemukan makanan yang harus dibeli untuk orang tua saya. Untunglah saya teringat dengan Giant, Carrefour, Lotte Mart, dan sejenisnya. Setelah bertanya ke petugas, ternyata ada Giant supermarket! Tanpa membuang waktu, saya pun menuju kesana. And you know what? Banyak makanan yang bisa kami beli di sini! Dan mereka pasti suka! Dan tidak ketinggalan: Darlie toothpaste! (kata nyokap udah ga ada lagi di Indo). Kalap, kami pun beli 8 edisi jumbo! Dan kabar buruknya, kami tidak memesan bagasi untuk kepulangan kami ke Jakarta! Allahu alam.

Buru-buru kami keluar dan menuju LRT Bukit Bintang menuju KL Sentral. Untunglah semua berjalan dengan lancar dan bus KL Sentral menuju LCCT juga langsung berangkat begitu kami naik! How lucky are we! Tiba di LCCT pukul 15.30. Cukup waktunya untuk kami yang belum makan siang ini untuk bersantap di Taste of Asia. Walau rasanya bosan (karena setiap transit di LCCT pasti makan di sini), saya tetap memilih tempat ini supaya adik-adik saya bisa mencicipi. *cieilah

Kira-kira satu jam sebelum departure, kami check-in. Dan, oh no! Poster di dinding tertulis: no liquid, no GEL! Sepertinya butuh iman lebih untuk bisa melewati petugas imigrasi. Dan benar! Scanner bagasi pun mendeteksi odol Darlie yang saya bawa! Aish! Hampir 15 menit negosiasi dengan petugas imigrasi berjilbab, hasilnya nihil! Adik saya pun menyarankan untuk merelakannya. Saya bergegas ke gate 22 (kalo ga salah). Beberapa menit duduk, hati saya berat rasanya menyerahkan 'paket gratis' ke petugas imigrasi kejam tadi. Dua ratus ribu bok! Akhirnya saya memutuskan kembali ke petugas dan membeli bagasi (walau tau konsekuensinya mahal). Untungnya (atau sialnya?) dulu saya pernah membeli bagasi Airasia on the spot (gonna be written on another page). Lari terbirit-birit bagai imigran gelap dikejar polisi, saya wrap odol segepok (10 RM untuk kardus+7 RM untuk wrap), dan membeli bagasi. Seingat saya dulu, bagasi termurah hanya 25 RM. Tapi ternyata.. "Fifty, mam!" / "Oh, fifteen" / "No, Five and O'" / "FIFTY!?!?!". My jingo! Saya tidak yakin uang saya ada segitu. Serius! Dikocek-kocek.. sana sini.. Viola! Miracle happened! Inilah yang namanya mukjizat. Saya yakin sekali uang saya di dompet tidak sampai 50 RM (kalo 50 US Dolar sih ada! Bukannya nyombong nih. Haha!). Dan ternyata: PAS 50 RM! Itulah mukjizat, semuanya pas! Pas waktunya, pas jumlahnya! Oh, haleluya! Saya pun memuji Tuhan. *sambil lari terbirit-birit

Tepat saya sampai, lima menit kemudian semua penumpang masuk ke pesawat. Segera meninggalkan Kuala Lumpur dan bertolak ke Jakarta. Traveling saat sakit dan kejadian-kejadian tak terduga lainnya. Sungguh traveling yang campur sari! That's backpacker.

Sunday, March 20, 2011

Genting "in a rush"

Saya terpaksa keramas pagi ini walau kondisi badan sedang tidak fit. Mau gimana lagi? Rambut sudah terkontaminasi dengan minyak kayu putih yang saya oles semalam-malaman, dan saya akan traveling hari ini! Saya malas keramas di saat traveling.

Sudah pukul 04.00. Saya pastikan adik-adik saya, Fendi dan Vina sudah siap. Paspor, boarding pass (web check-in printed), hostel booking printed, baju untuk 2 hari, yup! Kami pun siap berangkat! Pamit dengan orang tua di toko, mami saya berdoa untuk kami sambil menumpangkan tangan: "Berkati anak-anak saya, ya Tuhan". Dalam setengah jam ke depan, kami pun sampai di Soekarno Hatta Internartional Airport (SHIA). Mobil kami parkir di parkir inap, bagian dari strategi kami untuk menghemat bensin dan uang supir yang akan mengantar jemput kami (sambil berharap tarif parkir ga mahal banget). Kami pun berlari-lari menuju terminal 2D (dan saya harus ke ATM mengambil uang untuk pajak bandara nanti). Puji Tuhan! Semua berjalan dengan lancar. Kami pun menunggu di ruang D1 dan tak lama kemudian masuk ke pesawat QZ 7690. Tepat di pukul 06.25 pesawat take off.

Untunglah saya familiar dengan bandara LCCT. Walau persiapan traveling kali ini sangat minim (menggali informasi hanya sehari sebelum), tidak sulit untuk mendapat gambaran bagaimana kami akan mencapai Genting hari ini. Ya, hari pertama saya merencanakan ke Genting Highlands. Daerah dataran tinggi yang ditempuh kira-kira 1 jam dari KL Sentral ini sebenarnya tujuan utama kami ke Kuala Lumpur. Tepat di pintu keluar LCCT sebelah kiri, kami membeli tiket Aero bus 8 RM untuk tujuan LCCT-KL Sentral. Sebenarnya ada opsi naik bis langsung ke Genting dari LCCT. Hanya saja selain harganya jauh lebih mahal: 35 RM, juga tidak naik sky way cable car (kereta gantung). Padahal kami justru ingin mencoba naik sky way (dan untungnya saat itu sedang tidak di-maintenance). Sebenarnya ada opsi naik sky way pas pulang. Tapi sekali lagi, pertimbangan kami karena pulangnya kami mengejar waktu untuk sempat ke Twin Tower Petronas dan Bukit Bintang, dan ternyata bus langsung ke Genting harus kami tunggu 1 jam lagi, pilihan kami tidak goyah untuk tetap jatuh kepada aerobus.

Naik ke aerobus, untungnya penumpang sudah 80% penuh. Dari info yang saya baca di milis, paling malas naik aerobus ini karena biasa "ngetem" bisa-bisa sampai 1 jam. Intinya menunggu penumpang sampai penuh. Saya juga pernah mengalaminya. Sesampainya saya dari Incheon ke LCCT, saya yang harus ke KL Sentral dengan aerobus ini menunggu 1 jam untuk bus berangkat. Tapi memang saat itu masih pukul 6 pagi. Mungkin karena penumpang jarang juga, jadinya harus menunggu lama. Tapi kali ini, kira-kira 5 menit kemudian bus berangkat. Tiba di KL Sentral, kami mencoba ke loket bus Genting express. Ternyata tiket habis. Bus selanjutnya ada pukul 3 sore. Waduh! Untunglah saya ingat ada alternatif yang bahkan lebih efisien baik waktu maupun uang. Ya, kami naik LRT ke terminal Putra (2,4 RM). Terminal Putra ini kebetulan stesen akhir LRT, jadi sudah di luar kota dan dapat menghindari kemacetan. Tepat jam 12 kami pun sampai dan membeli tiket bus express Genting (8,5 RM, include sky way 5RM). Awalnya kami tidak tau loket bus ada di sebelah kiri. Melihat banyak penumpang menunggu di halte, kami kira cukup menunggu dan langsung naik, tiket beli di tempat. Tapi pas kami beli tiket, jadwal bus jam 1 siang (which is kami harus menunggu 1 jam lagi). Syukurlah petugasnya bilang kalo kursi di bus masih ada yang kosong, bisa langsung naik. Tepat saat kami menghampiri bus, ada 4 orang keturunan Chinese keluar dari bus. Dan kami bisa langsung naik! Yeay!

Bus menuju Genting memang lebih dekat dari terminal Putra, kira-kira 40 menit. Setelah itu bus men-drop kami dan kami naik lift ke lantai 3 untuk naik sky way. Geez! Antriannya panjang banget! Untuk menaiki sky way kami mengantri hampir 1 jam. Tapi, worthed! Pemandangannya bagus banget! Kami bertiga sampai kalap berfoto ria! Hehee... 11 menit sky way naik, kami pun sampai di penghujung yang ternyata terkoneksi dengan Genting Hotel. Kami pun menuju Indoor and Outdoor Theme Park. Jujur, kondisi saya benar-benar drop. Saya pun bilang ke adik-adik saya supaya mereka bermain di Theme Park dan saya menunggu mereka. tapi ternyata dengan muka tidak tertarik mereka enggan untuk bermain. Dan, tampaknya memang yang kami suka hanya berfoto ria! Hihihiii...

Sebenarnya ada banyak opsi untuk kami makan siang di sini. Tapi saya benar-benar tidak nafsu makan. Dan anehnya, adik-adik saya lebih tertarik ke fast food court: Burger King, KFC, dll. Dasar! jauh-jauh ke Genting makannya sama aja kaya di Jakarta! Ya, akhirnya kami makan di KFC. Nasi yang disajikan berupa nasi lemak, dan saya yang memesan sup malah dikasih bakso kuah. Aneh! Untunglah kami hanya beli 2 porsi untuk 3 orang. I really lost my appetite :(

Pukul 4 sore, kami pun berniat pulang. Malas ke terminal First World Hotel (di sana tersedia bus menuju KL Sentral), kami pun memilih untuk turun dengan sky way (5 RM). Turun dari sky way, kami ke loket penjualan tiket bus ke KL Sentral. Oh my! Tiket habis! Ke mana pun menuju pusat kota! Di sinilah kesempatan taksi liar menjajakan 'dagangan' mereka. Dipatok harga 100 RM! Stres! Kami pun tidak putus asa dengan keadaan. Mencoba bertanya kepada petugas kalo-kalo masih tersedia bus menuju KL Sentral. Saya pun teringat terminal bus dari First World Hotel (Yah, berarti harus naik sky way lagi dong?). Tapi setelah adik saya bertanya ke salah satu petugas, katanya tiket bus di mana -mana sudah habis kalo sore begini. Hiks! Ternyata strateginya begitu turun dari bus sebelum naik sky way, kami harusnya langsung membeli tiket bus pulang menuju KL Sentral. Tapi apa boleh buat, semua sudah terlanjur. Hiks! Ide gila pun bermunculan. Adik saya mengusulkan bermalam di Genting, tapi tidur"ngeper" di bangku yang ada. Yang satu lagi mengusulkan untuk kita negosiasi ke tour guide (kebetulan ada tur orang China yang lewat) untuk menumpang di bus mereka sampai KL Sentral. Tapi entah saya merasa pasti ada jalan (walau harus dibayar dengan harga mahal, yang penting jangan sampai 100 RM!).

Kami pun bolak balik lobby sampai ada seseorang menghampiri kami. Ternyata supir taksi gelap. Dia menawarkan harga 70 RM untuk sampai ke terminal Putera. Tapi kemudian kami nego 70 RM sampai di depan hostel kami (Belakang Berjaya Times Square), dan mengantarkan kami ke Petronas sebentar untuk berfoto ria. Dia pun setuju. Wow! Walau masih berat harus mengeluarkan 70 RM untuk taksi (bukan backpacker banget), saya bersyukur dan yakin ini pasti pertolongan Tuhan. Bagaimana tidak? Liat kondisi saya nanti di saat hari ini berakhir.

Seperti kesepakatan, kami di drop di depan Twin Tower Petronas untuk mengambil gambar. Sayangnya walau sudah pukul 7 malam, Kuala Lumpur belum begitu gelap (karena perbedaan waktu 1 jam lebih cepat dari Jakarta). Padahal keren banget berfoto ria di malam hari di depan Twin Tower! Merasa kasihan dengan sang supir taksi, kami mengurungkan niat untuk menunggu hari sampai gelap.

Hostel tempat kami menginap namanya Equator Hostel. Sebenarnya saya minta tolong teman saya untuk booking. Letaknya strategis, hanya saja tulisan nama hostel kurang mencolok, sehingga kami harus bolak balik di sepanjang jalan Lorong 1/77A itu. Tepat di sebelah hotel Merkuri! (dan lucunya kami sempat bertanya harga kamar di hotel tersebut, kalau-kalau kami tidak menemukan Equator Hostel. Dan again, harganya ga backpacker banget!). Liz, pemilik hostel menyambut kami dengan hangat: "Hello! We're just waiting for your coming!". Saya isi daftar buku tamu. Wow! Tamunya rata-rata dari Jerman dan Belgia! Di halaman yang saya tulis tidak ada tamu dari Asia kecuali saya (dan tentunya teman saya yang akan menyusul). Saya pun melunasi 1 twin room with AC (70 RM) dan 1 single room with fan (40 RM). . Oh ya, bukan dormitory karena sudah penuh. Tapi saya bersyukur untuk pengeluaran ini. Tubuh saya butuh istirahat di ruangan yang nyaman. Setelah menaruh bawaan, kami pun makan malam tak jauh dari hostel: restoran Safreen. Adik saya sedang "ngidam" kari tampaknya.'

Selesai makan, saya kembali ke hostel sementara adik-adik saya berkeliling ke Berjaya Times Square dan sekeliling. Ini tak jauh karena badan saya benar-benar rontok! Sampai di hostel, saya pun mandi dan tidur. Bersiap untuk esok hari yang panjang. ZzzZzzzZzz...

Saturday, March 19, 2011

An unusual way of welcoming a traveling

Di tengah-tengah kesibukan pelaporan SPT Masa dan SPT Tahunan, saya yang bertugas di TPT KPP Pratama Teluk Betung tiba-tiba mengingatkan diri sendiri: weekend ini trip ke Kuala Lumpur. Saya buka email yang saya terima dari Airasia berisi lembaran confirmed booking: S6CE76M. Beberapa bulan yang lalu saya rada kalap memang dengan penawaran tiket promo oleh maskapai terjangkau Airasia. Sebenarnya saya sudah beberapa kali mampir ke bandara LCCT Kuala Lumpur tersebut. Hanya saja untuk kepentingan transit. Jadi, kenapa saya memilih destinasi kali ini Kuala Lumpur? Simpel. Karena ini negara tetangga (masa yang paling deket belum pernah dieksplor?). Saya pun enggan merelakan cuti saya yang tersisa hanya untuk negara Asia Tenggara. Dan, saya butuh traveling murah! Jujur, kantong saya menipis setelah pulang dari Winter Korea trip. Dan saya harus mempersiapkan tabungan yang sehat demi keberhasilan mendapatkan visa Australia yang akan saya gunakan libur lebaran ini. Ribet kan? Uda melarat, masih pengen traveling! :p

Sebenarnya untuk tiap-tiap negara yang saya kunjungi, saya pastikan diri saya membawa misi khusus sebagai pokok doa keliling. Tapi entah untuk kali ini saya merasa terpacu untuk lebih berdoa untuk negara sendiri, karena Malaysia ternyata lebih maju dari Indonesia! Huks! Sakit rasanya. Hal ini saya sadari sewaktu saya dalam perjalanan transit dari Kuala Lumpur ke Singapore saat Winter Korea Trip kemarin. Kemajemukan bangsa ini tidak menjadi hambatan, malahan keberagamanlah yang memperkaya! Well, okay. Above is my preface actually.


Menjelang sore hari sebelum pulang kantor, tiba-tiba saya merasa kurang fit. Rasanya badan ini lemas dan rada demam. Saya pun buru-buru mengambil kesimpulan: gara-gara kemarin pulang malam dari KKR naik motor di tengah gerimis. Jarak dari lokasi KKR ke kos saya memang lumayan, sekitar 30 menit. Tapi entah bagaimana, tangan saya pun mengetik updates untuk account twitter saya: "Saya positif masuk angin, temans!" 

Beberapa menit kemudian saya pun ke toilet. Buang air besar, tapi encer! Hmm.. Seingat saya dulu mami saya pernah bilang kalo sakit dan buang air besar itu berarti bagus, mau sembuh. Oh, baiklah! Saya pegang kata-kata mami saya ini. Tapii.. Sekali lagi saya harus masuk ke toilet dan melakukan hal yang sama. Hiks! Sampai di kos, saya tidak mau berspekulasi. Saya vonis diri saya ini sedang sakit, namun hanya membutuhkan istirahat cukup dan konsumsi multivitamin. Setelah mandi dengan air hangat, saya pun terlelap di pukul 6 sore.

Saya terbangun. Kali ini bukan karena alarm, tapi karena perut mulas. Oh my! Seingat saya tujuh delapan kali saya terbangun untuk ke toilet dan buang air besar (and still in liquid). Akhirnya tahulah saya: DIARE. Heran, kenapa bisa diare ya? Saya pun mengingat-ingat apa saja yang saya makan hari itu. Dan tuduhan saya jatuh pada es cincau yang saya minum saat makan siang di AKA (padahal ditraktir mas arman lho!). Jumat pagi pun saya ijin ke atasan untuk istirahat di kos. Mau gimana lagi? Badan saya lemas to the max dan tidak bisa bekerja dengan maksimal. Puji Tuhan saya dikelilingi oleh teman-teman kantor yang luar biasa. Salah satunya mbak Wisma yang berbaik hati mengantar saya sampai kos dan mas Hendra yang membawa kendaraan. Sebelum sholat jumat, mereka pun menjemput saya kembali ke kantor. Tidak lupa saya bawa tas backpack saya. Ya, malam ini saya akan menyeberangi selat Sunda dari Bandar Lampung menuju Jakarta. Luar biasa! *ngomongnya sambil nangis*

Siang hari saya usahakan diri saya untuk dapat bekerja melayani wajib pajak di TPT. Dan sore hari pun tiba. Saya tetap harus bersyukur karena Tuhan menyediakan saya tumpangan ke Jakarta dengan mobil mas Arman, salah seorang fungsional di kantor. Kami berlima pun berangkat.

Dalam perjalanan saya berdoa kepada Tuhan untuk dapat sampai di rumah setidaknya pukul 3 pagi. Kenapa? Karena flight saya ke Kuala Lumpur jam 06.45 pagi! Dan sudah diketahui bahwa untuk penerbangan international paling lambat 45 menit harus sudah check-in. Hmm.. Biasanya kalo saya ke Jakarta sepulang dari kantor langsung, saya sampai di rumah kira-kira pukul 3-4 pagi. Tapi entah kenapa walau rasanya mulut ingin komat kamit untuk berdoa,  hati saya percaya bahwa semua ada dalam rencanaNya. Dan benar! Mukjizat nyata di saat kita percaya dan berdoa! Pukul 01.45 saya sampai di rumah. It's amazing, wasn't it? Padahal saya sudah membuat plan B dengan adik-adik saya kalo-kalo saya belum sampai di rumah jam 3 atau 4 pagi, kami akan bertemu di daerah Grogol dan langsung menuju bandara Soekarno Hatta (dan artinya saya tidak mandi dan langsung berangkat ke negara orang. Positif negara mengekspor PNS dekil!). Oh, HALELUYA! Saya pun menyempatkan diri saya packing dan tidur selama 1 jam. Dan untuk beberapa jam ke depan saya akan ada di negara lain! Ya, kali ini Jakarta menjadi tujuan transit untuk beberapa jam.