Wednesday, November 23, 2011

Negeri Lima Menara

If UK has JRR Tolkien for his 'Two Towers', Indonesia has A. Fuadi for his 'Five Towers' then..
Agak telat memang kalo saya baru menyelesaikan dua dari trilogi novel Negeri 5 Menara. Sebenarnya di akhir 2009 saya sudah meminjam novel ini dari teman kantor saya. Namun karena introduction-nya banyak mengadopsi bahasa arab, saya jadi nanar. Saya pun mengembalikan novel yang belum selesai saya baca dan lebih memilih buku  pinjaman lain: The Naked Traveler 2 by Trinity.

Syukurlah beberapa minggu lalu ada diskon 30% di Eureka Depok. Entah kesurupan apa, saya pun membeli novel Negeri 5 Menara dan Ranah 3 Warna. "Novel bagus itu layak dibaca", pikir saya. Dan benar, setelah ujian D4 selesai, saya pun melahap kedua buku yang sungguh sangat menginspirasi hidup saya.

Dilatarbelakangi kisah nyata, Negeri 5 Menara mengambil tokoh Alif (A. Fuadi sendiri, si penulis) yang bercita-cita melanjutkan sekolah dari MTsN ke SMA dan ITB. Habibie adalah tokoh idolanya. Namun sayang, amak (sebutan ibu dari ranah Minang) justru ingin dia belajar agama dan akhirnya dia terdampar di Pondok Madani (Pondok Modern Gontor). Sebagai seorang eklektik, saya diberkati dengan nasihat dan pepatah Arab yang tertulis di dalamnya (bahkan saya jadi tertarik belajar bahasa Arab-rempong me! *meh*). Aarrggh! Rasanya ingin segera keluar dari kungkungan instansi ini dan merentangkan sayap ke dunia yang lebih luas. Hasilnya? Mantra ajaib 'Man Jadda wajada' pun menjadi quote of the month. Saya berjanji pada diri saya sendiri mulai saat ini saya akan bersungguh-sungguh mencapai mimpi yang saya punya. Sungguh, Allah Maha Mendengar. Amin.

Tuesday, September 27, 2011

Iman seorang Abraham

Saya sering bertanya-tanya: "Apa yang membuat Abraham begitu percaya kepada Tuhan sehingga ketika ia pergi dari tanah Ur ke tanah Kanaan, tempat yang belum pernah ia lihat maupun ia dengar?

Ketenaran Abraham sebagai bapa orang beriman dan sahabat Allah (Yak 2:23) sudah saya dengar kira-kira 6 tahun yang lalu, di tahun pertama saya sebagai seorang Kristen. Seiring dengan berjalannya waktu dan pertumbuhan iman, informasi mengenai Abraham sendiri banyak saya serap. Bahkan sampai akhirnya saya katam membaca seluruh isi Alkitab. Baik perjanjian lama maupun perjanjian baru, iman Abraham dibahas dan memang selalu membuat saya takjub membacanya. Bagaimana Abraham punya iman seperti itu?

Pertanyaan ini kembali muncul ketika saya backpacking di Australia. Sendirian saya telusuri bagian-bagian daerah di Australia dengan bermodalkan peta dan GPS. Tidak jarang pula saya bertanya dengan orang yang lewat ketika saya tersesat atau salah arah ke tempat tujuan. Sampai suatu ketika informasi yang saya terima dari satu orang ke orang lain berbeda. Yang satu bilang ke arah utara, satu lagi bilang ke arah barat, yang satu lagi bilang ke arah tenggara. Nah lho! Saya harus ikut yang mana? Saya perhatikan peta pun kurang jelas, dan sialnya koneksi internet di tablet saya error terus sehingga GPS tidak dapat berfungsi.

Hampir setengah jam saya telusuri sekeliling Central Station di Sydney. Karena sudah menjelang malam dan belum dapat hostel tempat menginap, saya berencana menuju Nomads Westend Backpackers hostel di Pitt street. Sebenarnya yang namanya nyasar itu sudah biasa. Tapi saat itu saya sudah kelelahan dengan 12 kg tas backpack di punggung dan 5 kg tas jinjing di tangan. Di tambah lagi saya belum makan, irit setelah kena penalti 70 AUD di Tullamarine airport karena kebijakan bagasi Tigerairways. Dalam kelelahan dan kekesalan saya (kesal karena ga ketemu tempatnya), tiba-tiba saya berpikir: "Kalau saya aja kaya begini, gimana Abraham?"

Pertanyaan yang saya maksud adalah bagaimana keadaan Abraham yang saat itu belum hadir kecanggihan GPS, peta, papan penunjuk jalan, apalagi orang yang ditemui (mungkin setelah berkilo-kilo meter baru ketemu orang untuk menanyakan jalan, dan ternyata harus putar balik karena salah arah?). Dan lagi, saat itu belum 'populer' yang namanya Tuhan seperti jaman sekarang. Wow!

Tapi apa respon Abraham?

Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lotpun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran. Abram membawa Sarai, isterinya, dan Lot, anak saudaranya, dan segala harta benda yang didapat mereka dan orang-orang yang diperoleh mereka di Haran; mereka berangkat ke tanah Kanaan, lalu sampai di situ.(Kej 12: 1, 4-5)


Setelah mendengar firman Tuhan, Abraham pergi! Saya kurang tau berapa lama dia berespon sejak mendengar suara Tuhan. Atau pernahkah ia merasa itu hanya suara lain yang ia dengar, atau untuk apa dia percaya toh kurang jelas juga. Apapun itu, alkitab tidak membahasnya. Dikatakan: Abraham pergi.

Saya jadi berhayal jika suatu saat nanti saya bertemu dengan Abraham. Saya ingin sekali bertanya apa yang membuat dia melakukan (sorry) hal gila seperti itu. Ga populer sekali. Dan saya harap Abraham memberi jawaban yang memuaskan kepada saya. Hehee..

Tapi saat ini, saat saya mengalami bagaimana tadi pagi setelah saya saat teduh saya diingatkan Tuhan untuk berdoa mengenai 'sesuatu', dan 'sesuatu' itu terjadi hari ini! Wow! Saya bersuka cita! Dan entah pewahyuan atau apa, seperti ada yang berbisik: "Apa yang membuat kamu berdoa seperti tadi pagi dan apa yang membuat kamu percaya?" Saya pun tersenyum sendiri: "Kalau bukan karena Tuhan, apa lagi?"

Well, mungkin Abraham akan menjawab seperti jawaban saya tadi. Mungkin.

Tuesday, August 30, 2011

Lebaran di Melbourne

Brrr..
Terbangun karena menggigil ga asik banget! Herannya, waktu saya ke Seoul kmarin sptnya lbh dingin drpd Melbourne pagi ini. Tp knp saya masih menggigil ya? Apa karna ga pake long john? Mungkin.
Akhirnya saya memutuskan ga mandi *lagi. Pukul 7.30 saya bersiap2 untuk sightseeing kota Melbourne. Dan lagi, saya harus ke Cit library mengembalikan buku yg saya pinjam kemarin *yg ga selesai saya baca pastinya. Menuju Moreland road, saya pun sarapan di Julian cafe perempatan jalan. Saya memilih menu sandwich tuna dan cappuncino. Di Jkt jarang2 minum cappucino dan sejenisnya. Tapi di Melbourne, sptnya minuman kopi hangat sperti ini sudah seperti minum air mineral. Wajib hukumnya :p
Karna kemarin saya hanya membeli tiket untuk 2 jam, saya pun membeli tiket hari ini di toko terdekat yang menjual Metcard. Kali ini saya membeli daily pass karna seharian ini saya memang akan berkeliling kota Melbourne. Trem yang ditunggupun datang. Sampai di Flinders station, saya menuju City Library dan mengembalikan buku-buku yang saya pinjam *tinggal cemplungin ke kotak yang disediakan khusus pengembalian.
Hmm.. Saya jadi bingung mau mulai dari mana. Ada banyak tempat menarik yang akan dikunjungi. Tapi setelah membaca brosur tentang event di Melbourne, sepertinya akan sayang kalo melewatkan momen hari ini. Ya, it's Melbourne Day! Dan bakal ada Official Raising Flag Ceremony di Enterprize Park jam 10 pagi ini! Oke, saya harus ke sana!
Enterprize city tidak jauh dari Flinders station. Karena itu saya memutuskan berjalan kaki sambil menghirup udara segar kota Melbourne di pagi hari. Setengah sepuluh. Dan ternyata lapangan pinggir taman dibiat tenda untuk acara hari ini. Ada para petugas yang sedang latihan marching band. Dan akan ada peluncuran bom! Woohoo!
Acara dimulai tepat pukul 10 dan dihadiri beberapa pejabat, anak2, dan pastinya pers. Wah, saya berasa diundang ke acara resmi pelantikan perdana menteri Australia! *lebay :p Acara sambutan pun diberikan oleh walikota. Selama 169th kota Melbourne berdiri, walikota mendeskripsikan kemajuan2 yang terjadi di kota Melbourne. Acara dilanjutkan dengan persembahan lagu kebangsaan Australia dari youth choir. Lagunya enak, easy to listen! Tanpa sadar sayapun ikut menyanyikan lagu yang mudah dihapal itu. Acara pun ditutyp dengan kenaikan bendera oleh pejabat dan ditutup dengan party.
Saya kira party yang ada hanya untuk tamu yang diundang. Ternyata saya saya *thanks God! Saya pun menyusup masuk dan menerima cupcake pink cantik bertuliskan Happy Melbourne Day. Ada juga barista yang siap membuat kopi sesuai pesanan. Saya memesan vanilla latte. Seru banget! Dan asiknya dapet sarapan gratis! Hihii..
Saya pun melanjutkan perjalanan. Jali ini saya mencoba city circle tram. Melewati Docklands, Etihad stadium, Flagstaff Gardens, Royal Historical Society of Victoria, dan Hellenic Museum! Oh, I love this pne! Banyak hal tentang peradaban Mesir kuno dan saya puas berkeliling! Lanjut berjalan melewati RMIT university, Old Melbourne Gaol (atraksi tentang penjara, sayangnya masuknya bayar), dan saya menemukan toko buku yang sedang sale! 1A$ for each, dan saya langsung borong 4 buku! *sbnrnya pgn.lebih, tp mikirin bagasi.
Melewati Lygon street, Christian Capel, saya akhirnya tiba di Carlton garden yang berarti tiba di Royal exhibition.buildings! Ga berhenti saya tercengang dengan keindahan kota ini. Dan sayang, kamera pocket saya sangat terbatas untuk mengabadikannya (dan saya sendiri terbatas memotret diri saya sendiri). Tak jauh dr sana ada Melbourne museum dan IMAX.
Kembali melanjutkan city walk tour ala saya sendiri, saya pun ke St. Peter's Anglikan Church dan St.patrick church. Di sini saya bertemu dengan orang tak dikenal yang menawarkan diri memotret saya di depan gereja. Kami pun berbincang2. Dia bercerita bagaimana nyamannya tinggal di Melbourne dan vertanya kalau2 saya tertarik pindah ke Melbourne. Wah, perkataan yang menarik! Setelah berbincang entah kenapa saya jadi berpiir untuk keluar dari PNS dan pindah menetap di Melbourne! Haha!
Di dekat gereja ada toko buku dan saya membeli 2 buku yang sedang sale (cuma setengah dolar!). Saya pun kembali berjalan dan sengaja mencari Parliament of Victoria. Mungkin melihat saya yang lama bergelut membaca peta, seorang cewe bule mendekati sya dan menawarkan diri untuk.memberi bantuan.oh, baiknya! Dia pun menunjukkan bahwa Parliament of Victoria ada di arah selatan. Setelah saya tiba di Parliament of Vic, saya menuju Chinatown dan kembali.menyusuri jalan CBD yang kembali penih dengan orang-orang yang pulang kerja.
Tiba-tiba.. Kruyuukkk.. Oke, saya butuh makan. Awalnya saya berniat ke Hungry Jack. Tapi melihat Subway di depan Flinders station, sepertinya saya ganti haluan. Dengan.paket 5,95 dolar saya memilih roti, isi, salad, bahkan saosnya! Selesai makan, saya pun bersiap naik tram no 19 menuju Univ of Melbourne.
Ada apa dengan Univ of Melbourne? Saya bakal ikutan kuliah umum bareng mas Arie dan mbak Nada! Nyusup ikutan kuliah mikro ekonomi. Hihii.. Bertempat di Art west, kami duduk di paling belakang kelas panggung itu. Karena tidak diabsen, makanya mas Arie berani bawa.saya masup. Pukul 18.30 kelas dimulai. Hari itu sedang belajar mikroekonomi tentang how to maximize your profit dengan metode. Untung kuliah dulu dapet mikro. Adik juga ngikutinnya. Hehee.. Saya pun berkenalan dengan beberapa teman yang dari Indo (ada yg dari DJP jg bok!). Setelah 45 menit, ada coffee break. Disediakan kopi, teh, dan biskuit GRATIS! Tidak melewati kesempatan, saya pun langsung menikmati hidangan yang disediakan. Hehee.. 10 menit kemudian kelas dilanjutkan dan selesai pukul 20.30. Karena Mas Arie melanjutkan kelas tutorial, saya pulang dengan mbak Nada yang janjian dengan temannya Aing. Malam ini mereka akan masak2 untuk acara lebaran bersama di kampus besok pagi. Yeay!

Monday, August 29, 2011

Jatuh cinta dengan Melbourne!

Saya terbangun pukul 4 subuh waktu Darwin. Semalaman tidur di kursi lobby bandara Darwin tidak memberi tidur yang berkualitas memang. Cuci muka dan berganti pakaian (tanpa mandi), saya pun check in di mesin self check-in Jetstar untuk flight JQ62 tujuan Melbourne-Tullamarine. Setelah melewati screening, saya bergegas ke gate 4A. Lucunya, setelah melihat tulisan 4A, ada pintu di sit dan saya berusaha masuk dengan menekan tombol. Ternyata kita harus menunggu petugas dulu saat boarding untuk masuk ke pintu itu! Pantesan bule2 pada ngeliatin saya yang dengan pedenya berusaha melewati pintu saat menekan tombol. Bikin malu! X_x
Pukul 06.45 boarding, dan saya masuk ke pesawat Airbus A310 di kursi 22A. Karna waktu tempuh cukup lama, saya pun memutuskan untuk tidur selama penerbangan. Empat jam sepuluh menit berlalu, saya tiba di Tullamarine (beda waktu setengah jam lebih cepat dari Darwin, atau 3 jam lebih cepat dari Jakarta). Seperti biasa saya langsung menuju pusat informasi untuk bertanya atau mengambil brosur yang diperlukan selama perjalanan. Selain dengan taksi, dari bandara menuju pusat kota bisa ditempuh dengan Skybus (skybus.com.au) yang berangkat setiap 10 menit 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Untk sekali jalan harganya 16 A$, dan kalo beli return lebih murah, yakni 26A$. Saya beli tiket returns. Perjalanan dari bandara menuju Southern Cross station (end point Skybus) adalah 20 menit.
Mengingatkan kembali, saya tidak punya itinerary wajib yang harus dilakukan. Palingan nanti malam saya harus ke Moreland Road, Brunswick, uniy senior saya yg sedang S2 karena saya numpang menginap di sana. Saya pun menuju information center dan memutuskan sightseeing dengan Frer Melbourne City Tourist shuttle. Begitu keluar Southern cross station bbbrrr! Dingin euy! Tapi yang pasto saya terpana. Gedung-gedung klasik dengan gagah berdiri menawan hati saya. Karena kebetulan saat itu sedang istirahat siang, srpanjang jalan saya melihat orang-orang kantoran lalu lalang keluar masuk satu toko ke toko lain. Dan wow! Trem! Sooo classic! Dalam waktu sepersekian detik, kota ini mempesona saya. Saya langsung jatuh cinta dengan kota Melbourne!
Menyusuri Collins street, saya mencari titik pemberhentian free vus service, namun tidak ketemu. Saya ga ngeh kalo sebenarnya saya bisa naik city circle tram, trem gratis yang akan membawa saya keliling kota.
Kruyuukk..
Saya baru ingat belum makan seharian. Bingung juga mau makan di mana. Di salah satu sudut saya melihat orang keluar masuk food court. Yang namanya food court, pasti lebih murah daripada toko makanan independen. Pikir saya. Setelah masuk, dugaan saya ternyata salahb makanan di sana rata rata belasan dolar! Saya pun memilih paket yang paling murah: pasta. Ada banyak pilihan makanan di sana. Apalagi makanan Asia seperti Chinese food atau Thai food. Tapi masa iya jauh-jauh ke sini saya makan yang kaya begitu? Saya memesan seporsi pasta ukuran kecil. Tapi benar2 di Oz porsi makanan serba besar. Saya yang biasa perut karet di Indo aja sampe ga abis makan sepiring pasta porsi small! Tanpa membuang waktu, saya melanjutkan perjalanan saya. Melewati Melbourne aquarium, Enterprize park, Kings bridge, Crown entertainment complex, saya pun akhirnya menyadari berkeliling kota dapat ditempub dengan berjalan kaki. Semua tampak befitu jelas dan mudah dibaca dengan peta. Melewati Melbourne exhibition centre dan menyerangi Yarra river melalui Spencer bridge, saya masuk ke Immigration museum. Saya suka keluar masuk museum dan melihat bagaimana suatu kota menyimpan sejarah suatu hal. Keluar dari immigration center, saya baru sadar saya sudah di Flinders street. Berarti sebentar lagi saya bisa sampai ke Flinders street station yang terkenal itu! Dan benar! Hiruk pikuk orang berlalu lalang di depan stasiun dan saya sampai di Melbourne Visitor center yan berada tepat di depan Flinders station. Oh my! Seru bgt tempatnya! Berbagai brosur n pamflet terpampang dengan rapi. Daya mengutak atik touch screen yang ada. Keluar nomor antrian! Kirain spt touch screen yang ada di kantor pajak berisi informasi. Ternyata itu untuk mengambil nomor antrian konsultasi. Dan tak lama kemudian nomor saya dipanggil! Untunglah saya punya pertanyaan penting. Saya pun bertanya bagaimana caranya supaya saya bisa sampai ke alamat unit teman saya yang ada di Moreland road., Brunswick. Dengan sabar dan detil, bapak-bapak tua yang bertugas memberi tau nomor trem yang harus saya naiki. Saya pun membeli Metcard untuk 2 jam. Oia, untk transportasi di Melbourne, semua terintegrasi dengan Metcard/Myki. Saya berkeliling melihat souvenir. Kebetulan Tab dan BB saya mati. Semua karena saya tidak teliti karena membawa colokan untuk S'pore dan sejenisnya, ga applicable untuk colokan di Oz ato NZ. Karena minimnya free wiFi, saya pun ke internet cafe dengan membayar 2A$ untuk 10 menit pemakaian internet (mahal bgt! Huhuu). Dan lucunya, saya nambah untuk 10 menit berikutnya!
Dari visitor center, saya menyeberangi Flinders street dan masuk ke St. Paul church. Bagus banget! Sayang saya jalan sendiri, kalau tidak pasti puas banget foto2 (ga mungkin kan tiap pengen foto minta tlg org lewat? Bakal brp org yg gw minta coba?). Selesai puas berfoto ria di St.Paul church, saya penasaran dengan City library yanv tidak jauh dari situ. Ternyata cukup dekat dan wow! Asik banget! Buat pecinta buku kaya saya,masuk ke City librarydi Melbourne bagaikan ke surga! Buku-buku mulai dari fiksi non fiksi, untuk belajat bahasa, memasak, novel, sejarah, bahkan sampai CD dan DVD ada dan dapat dipinjam gratis. Saya berkelilibg sambil ngiler membayangkan kalo saya jd Melbournian. Entah kerasukan apa, saya datangi petugas dan bertanya apakah saya boleh jadi member? Tnyata bisa! Yeay! *nari kecak di tempat.
Yang perlu sayalakukan hanya mengisi registrasi di layar komputer seperti mendaftar email. Setelah itu saya harus mencatat nomor register yang harus saya berikan ke help desk dan dalam hotngan detik: viola! Member card saya langsung jadi! Hore!
Berhubung saya tidsk bisa menunjukan bukti rekening koran atau apapun yang memberikan info keuangan saya, saya hanya dapat meminjam 2 buku per hari. Tapi kalo bisa? Saya bisa pinjam sampai 50 buku! Tiap buku dipinjam untuk sehari dan dapat diperpanjang melalui online. Kalo terlambat ada denda 1,3 dolar per buku per hari. Saya pun tidak membuang waktu dan karna kalap juga akhirnya saya mengambil satu buku toeic dan satu novel. Senangnya! Berasa jadi Melbournian! Bayangin kl saya jalan jalan ikut tur. Mana mungkin bisa begini? Hehee
Karna waktu sudah hampir gelap, saya memutuskan untuk mengakhiri sightseeing hari itu dan bersiap menuju rumah teman saya. Kalo uda gelap, makin gaswat nyasarnya cyiinn.. Saya pun menuju tram shuttle deoan Flinders station. No 19. Ternyata Moreland road ada di stop no 28. Dan sedihnya tidak semua stop ada tulisan nomor pemverhentiannya! Oke, saya menghela nafas dan berdoa. Percaya sama yang di atas def. Everything's gonna be alrighy. Tram melewati Swanston streey dan Univ of Melb. Oh my! Turun di mana ini? Mendekati subway jalanan makin sepi. Untunglah mata saya aws dan saya mrlirik ke salah satu plang toko bertliskan moreland road. Saya berhenti di stop beriutnya. Sambil meligat peta, saya bertanya di mana nomor alamat yg daya tuju. Ya kali mereka tau, rata rata ga apal.juga! Saya pun telusuri setiap jalan danlega mendapati angka yang hampir sama seperti yang saya tuju. But wait! Di mana 122? Abis 121 kok 123? Ya ampun, tnyata untuk angka genap ada di sudut kanan dan ganjil di sudut kiri. Depi depiii.. Saya pun menyeberang dan ternyata angka tersebut sudah lewat kauh. Huha!
Pintu terkunci dan saya tidak tahu bagaimana caranya untuk masuk. Ga ada bel pula! Untunglah ada telepon umum. Tp hrs pake Telstra card! Makjam! Untunglah sy menyisakan beberapa persen sisa hidup Tab saya. Dan sambil berharap kartu Telstra di Tab saya sudah dpaat figunakan, saya menghubungi mas Arie. Eh, nyambung! Syukurlah! Mas Arie sedang kuliah ternyata. Untung istrinya, mbak Ayu ada di rumah. Dan saya sampai di tempat saya bermalam selama saya di Melbourne. Yeay!

Sunday, August 28, 2011

Mengelilingi kota Darwin

Tiga jam saya tidur terlelap di pesawat. Tiba di Darwin pukul 06.30 (2,5 jam lebih cepat dari Jakarta) dengan suhu 20 derajat. Imigrasi di Australia tergolong lancar. Kurang daro 5 menit, saya keluar dari terminal kedatangan internasional Darwin airport.
Saya menuju toilet untuk berbenah diri (karena seharian ga mandi). Setelah it saya menuju visitor booth dan mengambil 1 booklet yang menurut saya lengkap dan cukup menjadi guide saya 1 hari full. Saya bertanya tentang public shuttle bus tjuan Darwin city. Seperti yang dijelaskan, saya harus melewati car parking. Tapi kok ga ada tanda-tanda shuttle bus? Sebelum saya memutar balik, saya bertemu dengan seorang wanita yang ternyata dia juga sedang mencari shuttle bus! Ok, kita sama! *toss dulu ah! Tak jauh dari situ ada sepasang kekasih sedang duduk2 di atas tanah. Kami pun bertanya dan ternyata shuttle bus hanya ditandai tidak lebih dari 1 palang besi yang tertancap di tanah! -,-
Seperti penjelasn petugas sebelumnya, bus akan tiba pukul 8.20. Masih harus menunggu 1 jam lagi. Saya pun ngobrol dengan wanita yang saya temui tadi. Namanya Sarah, 28th, asal Jerman. Sebelum ke Darwin dia menetap 4bln di Lombok dan bekerja di sana sebagai manager restoran di sana (dan bahkan akhirnya punya kekasih orang lokal!). Ini tahun ketiganya setelah dua tahun traveling ke negara2 Asia seperti Vietnam, Thailand, dll.
Bus yang kami tunggu pun datang (nomor rute 3). Di Darwin tarif bus adalah 2A$ untuk perjalanan selama 3 jam, 5A$ untuk perjalanan selama sehari, 50c untuk manula, dan 15A$ untuk perjalanan selama seminggu. Karna pas di Indo saya hanya punya pecahan 100A$ dr Indo, saya pun membayar dengan pecahan tersebut. Sarah juga mengalami hal yang sama dengan saya. Ternyata si supir tidak punya uang kembalian (kl kata supir angkot di Jkt: "baru narik saya neng"). Untnglah si supir maklum dan mengijinkan saya naik bus. Sekitar 15 menit kami pun sampai di interchange Casuarina.
Kami menunggu bus yg dijadwalkan tiba pukul 8.50. Bus datang dan berangkat seperti jadwal dengan simpangan akurasi 5menit, sehingga segala sesuatu menjadi lebih mudah untuk saya. Bus no 10 tujuan Darwin city pun tiba. Apesnya, saya lupa uang saya masih dalam pecahan besar. Jadi tidak heran untuk kali ini saya, Sarah, dan 1 org traveler wanita yg ternyata juga berasal dr Jerman, harus 'diusir' oleh supir bus untuk menukar uang dengan pecahan kecil. Kami pun masuk ke Casuarina Square Shopping Center (bangunannya terintegrasi dengan terminal) dan untungnya pagi itu ada toko yang buka dan dengan baik hati seorang ncik2 bersedia menukarkan uang kami dengan pecahan kecil (tanpa kami harus membeli produk).
Sukses mendapatkan uang pecahan kecil, kami menunggu lagi bus dengan no rute yg sama pukul 09.20. Bus datang, saya pun menyerahkan uang lembaran 5A$ dan minta beli daily ticket pass. Tapi entah si supir ga ngeh atau menggeneralisasi semua penumpang, saya nalah dikasih tiket untk 3 jam dan dikrmbaliin uang 3A$. Yasudlah. Kertas kuning tertulis tanggal dan jam saya naik bus pun diberikan. Darwin memang kota yang sepi (dan saya rasa visitor lah yang bikin ramai). Rumah yang dilewati bertipe kuno seperti di film2 jaman dulu spt Kiss me, dll). Seperti yang saya bilang, saya tidak punya itinerary khusus dan jujur saya tidak tahu mau turun di mana. Tapi biarkanlah insting wanderlust saya bekerja.
Dan benar, setelah mata saya melihat gedubg Visitor Information Center, saya pyb turun di pemberhentian selanjutnya (yang ternyata memang pemberhentian terakhir bus tsb, yaitu Darwin City).
Dengan backpack msh di punggung, saya langsung berfoto ria di dpn Brown's Mart, tempat pertambangan yg beralih fungsi mjd teater. Ternyata ada rombongan kwluarga juga dr Indonesia. Di sekitar banyak spot berdekatan untuk dikunjungi seperti Town Hall ruin, State Square, Christ Church Cathedral,Darwin Waterfront, dan Civic Square. Karena hari semakin panas, saya numpang ngadem di Visitor Information Center. Banyak pamflet dan info yg ditawarkan, bahkan paket tur yg tersedia! Petugas pun siap menjawab. Wah, ternyata pikiran saya selama di Indo ttg minimnya info mengenai wisata di darwin salah besar!
Berhubung free wiFi sgt jarang, saya berniat membeli simcard yg applicable dengan Tab saya. Sesuai rekomendasi teman, saya membeli prepaid simcard Telstra di The Mall. Herannya, untk hal ini saya ngantri hampir 1 jam!
Setelah Simcard terpasang dan bisa eksis di dunia maya, saya mengunjungi Crocosaurus Cove. Tiketnya mahal dan menurut saya ga worth it :(
Dari situ saya mengunjungi Chinese temple n museum. Sesuai rekomendasi teman, saya mengunjungi Mindil beach sunset market yang buka dari jam 4. Di sini saya dilema karena jam menunjukan pukul 3,tapi saya juga mau mengunjungi Museum and aet gallwry of the NT yg terletak dekat Fannie Bay. Belum makan seharian, saya membeli burger isi daging buaya dan smoothies mangga. Bus sampai di bandara dan saya tidur menunggu flight esok pagi untuk ke Melbourne yang akan berangkat pukul 07.15

Saturday, August 27, 2011

Transit di Bali, menginap di bandara Ngurah Rai

Belum packing
Belum bikin itinerary
Belum ngumpul passion traveling

Apa yang terjadi dengan saya? Entahlah. Tapi satu hal yang pasti selama 8 hari ke depan mulai hari ini saya akan mengeksplorasi 4 tempat tujuan wisata (Darwin, Melbourne, Sydney, dan Bali). Malam sebelumnya saya cukup lelah dan tidak fokus untuk menyusun itinerary. Ditambah lagi teman saya (Dento) yang berencana akan pergi bersama saya menyatakan undur diri (baca: cancel) 2 hari sebelum keberangkatan. Ha! Antara senang dan sedih. Senang karena akhirnya 'my wishy washy friend' bisa ambil keputusan berdasarkan prioritas: lebih memilih lebaran bersama keluarga daripada backpackin ke luar negeri. Selain itu akhirnya saya bisa merasakan sensasi solo backpacking (Well, dulu juga pernah sih waktu ke Phuket tapi cuma 3 hari, dan di sana ketemu teman dari Indo juga. Alhasil, sensasi kurang berasa). Sedihnya karena ngebayangin kerugian yang dialami teman saya (tiket2 yang udah dibeli dan permohonan visa yang diapprove). Udah gitu, siapa dong yang bakal foto saya selama backpacking? (dilema solo backpacker) *sigh

Well, whatever it is, the show must go on. Bangun pagi, setelah doa dan saat teduh, saya pantengin layar laptop berusaha mencari info mengenai Darwin. Ya, di antara 4 tempat yang akan dituju, saya minim info tentang Darwin. Sebenarnya ga separah itu juga. Ada beberapa info dari website resmi Darwin and the top end Australia. Ada juga rekomendasi dan share perjalanan tentang Darwin. Tapi tapi.. Oke, saya dilema karena hanya punya 1 hari di Darwin! Ditambah lagi pemberitahuan menjengkelkan dari Airasia tentang delay keberangkatan dari pukul 23.50 jadi 02.20 (next day) sehingga sampai di Darwin yang harusnya jam 4 jadi jam 6.30. Padahal saya tertarik ikut tour Kakadu National park (harus pake tour karena 3 jam dari Darwin dan tidak ada akses umum ke sana selain carter mobil 4WD atau ikut tour). Grrhh..

Untuk menuju Denpasar tempat saya transit, saya naik Garuda Citilink A080 pukul 11.45. Dan pesawat delay 2,5 jam pula! Tiba di Denpasar (dengan waktu 1 jam lebih cepat dari Jakarta) pukul 16.30 WITA. Aduh, kumaha iye? Rencana keliling Kuta dan Seminyak saat transit pun batal. Lebih baik stay di bandara: save energy, save money. Selamat menjamur di bandara! (10 jam book!)

Ok! So, what should I do now? Cari terminal keberangkatan internasional! Ternyata mudah dan tidak terlalu jauh. Keluar dari terminal kedatangan domestik belok kiri, ikuti petunjuk, sekitar 300 meter sudah sampai di terminal keberangkatan internasional. Saya belum bikin itinerary untuk ke Bali, sama sekali! Dan ironisnya, setiba saya di bandara ini tidak seperti kebanyakan bandara yang banyak menyediakan pamflet parowosata dan turnya, di Denpasar pamflet kebanyakan penawaran rental mobil! Ahaha! *ketawa+miris. Rata-rata menawarkan rental per 5-6 jam, dengan supir dan bbm seharga 250-350rb. Tergantung tipe mobil. Mudah-mudahan ada yang tersindir dengan blog saya ini dan melalukan perubahan yang lebih baik *no offense ;)

Sejenak setelah mengaktifkan kembali Blackberry saya, ternyata ada mention.twitter dari @milkayeanne. Dia menjawab pertanyaan saya tentang Darwin karena dia baru pulang dari Darwin 2 minggu lalu dan 6 hari di sana! Happy me! Serunya media twitter memperts

Dan saya pun haus. Nama boleh keren, naik Garuda. Tapi yang citilink cyiin.. Which means budgeted airlines, ga dikasih aer ama roti yg kaya biasa itu. Huhuu.. Gara-gara penasaran nyari terminal keberangkatan, saya melewati Alfamart yang persis di pintu keluar sebelah kanan terminal kedatangan domestik. Alhasil saya membeli aqua (3.500 IDR) dan roti coklat (7.500 IDR) di Circle K *mahal cyiinn.. Melipir di pinggiran, duduk mojok sambil menikmati makanan, saya pun browsing dengan Tab kesayangan.

Tidak terasa sudah 2 jam, perut pun menjerit minta sesajen. Saya memutuskan makan di Dapoer. Terpancing harga termurah yang dipampang di depan, saya memilih gado-gado (tertulis 14.000 IDR, tapi ternyata pake lontong jadi 19.000 IDR)dan kelapa utuh (8.000 IDR). Kembali browsing, bbm-an, twitteran (social networkin does help!).

Tiga jam sebelum keberangkatan saya check-in dan menuju gate 9. Ternyata banyak juga penumpang budgeted airlines yang rela menunggu oesawat di jam abnormal demi harga tiket yang murah seperti saya. Jam menunjukkan pukul 1 dini hari. Mau tidur, tanggung. Takut ketinggalan pesawat saking pulasnya. Kalo ga tidur, ngantuk sangat. Bersyukur ada twitter yang menyatukan orang2 yang masih on jam segitu. Saya pun tetap terjaga sambil bergurau dengan teman2 saya di twitter. Tepat pukul 02.20, Airasia QZ 8236 pun terbang dan saya tertidur lelap.

Monday, March 21, 2011

Malaysia (2)

Grreekkk... Greeekkk... Grreeekkk....

Entah suara apa itu dari luar hostel, tapi yang pasti cukup berisik untuk membuat saya terbangun dari tidur. Pukul 6 pagi. Dan Kuala Lumpur masih gelap. Kebetulan saya ingat jadwal breakfast gratis yang disediakan hostel dari pukul 7 sampai 10. Jadilah saya berusaha tidur lagi. Lumayan, 1 jam.

Alarm Blackberry saya berbunyi di pukul 7. Dengan enggan saya bangun dan bersiap mandi. Puji Tuhan badan terasa lebih segar. Manjur juga pijatan adik saya Vina sepertinya. Saya dan adik-adik saya akhirnya turun (saya dan Vina di lt 3, Fendi di lt 2) untuk sarapan. Saya menyantap roti tawar dengan selai kacang dan teh manis hangat. Adik-adik saya tampaknya lebih memilih corn flakes dengan susu segar. Sedap! *percayalah, kata ini selalu keluar untuk makanan gratis, soal rasa nomor sekian.

Tiba-tiba saya teringat: Oh iya! Saya kan janjian dengan teman STAN saya yang bekerja di DJBC Batam! Well, singkat saya ceritakan tentang teman saya: Indra Prasetya Nugraha. Menuntut ilmu di tempat yang sama tidak menjamin kita mengenal semua teman, apalagi angkatan saya di STAN spesialisasi Akuntansi sampai 20 kelas yang rata-rata 40 mahasiswa! Beberapa setelah lulus, teman saya ini add me as a friend di facebook. Prinsip saya, kalo orangnya tidak saya kenal tapi ada banyak mutual friend pasti anak STAN, dan pasti saya approve. Jadilah suatu waktu teman saya Indra menyapa di facebook dan kami saling kenal karena satu hal yang nyambung: traveling. Nah, berhubung kami kenal lewat facebook saat kami sudah penempatan kerja (saya di kantor pajak Bandar Lampung, dia di bea cukai Batam), jadilah kami berjumpa di hostel Equator. Haha! Lucu juga ternyata kalo baru ketemu, padahal sudah banyak diskusi via dunia cyber.


Flight kami kembali ke Jakarta nanti sore pukul 17.30. Berhubung hostel mengijinkan kami check-out sampai pukul 12 malam, awalnya saya berencana untuk keliling daerah Petaling street (daerah pecinan di KL) dan Bukit Bintang (shopping area di KL)dulu baru kembali lagi ke hostel untuk check-out. Tapi dipikir-pikir rasanya tidak efektif jika kami harus kembali lagi ke hostel. Jadilah kami check out pukul 9 pagi. Kebetulan teman saya, Indra dan ketiga temannya yang lain juga akan check-out. Sebenarnya ingin banget bareng ke Batu Caves bareng teman-teman Indra (Indra sendiri akan menyusul setelah bertemu dengan teman Malaysia nya). Tapi berhubung kami belum beli titipan ortu (ragam jenis snack malaysia), jadi kami batal untuk pergi bareng. Hiks!

Dengan monorail saya menuju stasiun Pasar Seni dan tiba di Central Market. Tempat yang dikenal sebagai jejeran pasar sejak 1888 itu ternyata dibuka untuk umum mulai pukul 10 pagi. Ternyata benar info yang saya dapat dari milis: Kuala Lumpur mengawali hari terlalu siang. Akhirnya saya dan adik-adik saya berputar jalan ke Petailing Street yang tidak jauh dari situ. Ada beberapa toko yang sudah buka. Tapi sayangnya kami tidak tertarik dengan barang-barang yang dijual. Kalaupun ada, mungkin rumah makan prasmanan yang menyediakan  nasi campur dengan berbagai jenis daging (mulai dari babi, bahkan kuda!). Tapi kami membatalkan niat tersebut dengan alasan kesehatan. Berhikmat bukan? Hehee..

Sarapan di hostel tampaknya kurang 'nampol' untuk perut Indonesia kami. Akhirnya, sambil menunggu Central Market buka jam 10, kami pun mampir di KFC. Satu porsi nasi lemak (paket sarapan edisi KFC Malaysia) untuk tiga orang. This is the real Chinese! Haha!

Tepat pukul 10 Central Market dibuka dan kami pun masuk. Alamak! Kok cuma begini? Deretan toko souvenir berjejer dengan lantai dua diisi toko-toko pakaian. I'd rather be at Mangga Dua! Haha! Tapi ada satu toko yang menjual buku-buku bekas. Beberapa novel terbaru, tapi selebihnya novel dan buku lama. Saya pun membeli souvenir 2 magnet kulkas dan 1 souvenir untuk teman kantor yang berjasa membantu saya make it on time ke bandara kemarin pagi (saya orang yang tau berteima kasih bukan? Hehee).

Tidak sampai setengah jam berkeliling, kami pun meninggalkan Central Market dan menuju stasiun Bukit Bintang dengan LRT. Kami masuk ke Bukit Bintang Plaza yang langsung tersambung dengan stasiun Bukit Bintang. Impresi kami pertama kali masuk, seperti ada di ITC Cempaka Mas (tapi dikurang pedagang ponsel yang bejibun di sana). Adik saya yang suka dengan hal 'per-kuku-an' tertarik dengan promo manicure 11 RM. Tapi setelah ditanya ternyata harganya bukan segitu lagi *lha!. Sampai ke suatu toko yang ramainya berbeda, ternyata sale Venicci. Well, walau diskonnya lumayan tapi saya bukan orang yang gampang termakan promosi. Masa iya sepatu teplek biasa harganya 200 rebong? Lewaattt!!!! Tapi ada promo kacamata gaya cuma 15 RM! Karena tertarik, saya dan adik perempuan saya sepakat untuk membelinya (sambil saling mengingatkan: kita belum beli oleh-oleh snack buat papi mami ya!).

Fiuhh.. Lama berkeliling tampaknya kami belum menemukan makanan yang pas untuk dibeli sebagai buah tangan untuk orang tua kami tercinta. Sampai di lower ground: makjam! Pameran makanan Korea! Oh, berjodoh sekali saya dengan Korea! I mean, even when I go to Malaysia, Korea is around still! LOL! Pertama, saya cari Soju! Ayah saya ketagihan minum saat saya bawa kemarin dari Seoul. Tapi sayangnya tidak ada. Sepertinya restricted di Malaysia :(

Dan waktu menunjukkan hampir pukul 2 siang. Oh, no! Saya belum menemukan makanan yang harus dibeli untuk orang tua saya. Untunglah saya teringat dengan Giant, Carrefour, Lotte Mart, dan sejenisnya. Setelah bertanya ke petugas, ternyata ada Giant supermarket! Tanpa membuang waktu, saya pun menuju kesana. And you know what? Banyak makanan yang bisa kami beli di sini! Dan mereka pasti suka! Dan tidak ketinggalan: Darlie toothpaste! (kata nyokap udah ga ada lagi di Indo). Kalap, kami pun beli 8 edisi jumbo! Dan kabar buruknya, kami tidak memesan bagasi untuk kepulangan kami ke Jakarta! Allahu alam.

Buru-buru kami keluar dan menuju LRT Bukit Bintang menuju KL Sentral. Untunglah semua berjalan dengan lancar dan bus KL Sentral menuju LCCT juga langsung berangkat begitu kami naik! How lucky are we! Tiba di LCCT pukul 15.30. Cukup waktunya untuk kami yang belum makan siang ini untuk bersantap di Taste of Asia. Walau rasanya bosan (karena setiap transit di LCCT pasti makan di sini), saya tetap memilih tempat ini supaya adik-adik saya bisa mencicipi. *cieilah

Kira-kira satu jam sebelum departure, kami check-in. Dan, oh no! Poster di dinding tertulis: no liquid, no GEL! Sepertinya butuh iman lebih untuk bisa melewati petugas imigrasi. Dan benar! Scanner bagasi pun mendeteksi odol Darlie yang saya bawa! Aish! Hampir 15 menit negosiasi dengan petugas imigrasi berjilbab, hasilnya nihil! Adik saya pun menyarankan untuk merelakannya. Saya bergegas ke gate 22 (kalo ga salah). Beberapa menit duduk, hati saya berat rasanya menyerahkan 'paket gratis' ke petugas imigrasi kejam tadi. Dua ratus ribu bok! Akhirnya saya memutuskan kembali ke petugas dan membeli bagasi (walau tau konsekuensinya mahal). Untungnya (atau sialnya?) dulu saya pernah membeli bagasi Airasia on the spot (gonna be written on another page). Lari terbirit-birit bagai imigran gelap dikejar polisi, saya wrap odol segepok (10 RM untuk kardus+7 RM untuk wrap), dan membeli bagasi. Seingat saya dulu, bagasi termurah hanya 25 RM. Tapi ternyata.. "Fifty, mam!" / "Oh, fifteen" / "No, Five and O'" / "FIFTY!?!?!". My jingo! Saya tidak yakin uang saya ada segitu. Serius! Dikocek-kocek.. sana sini.. Viola! Miracle happened! Inilah yang namanya mukjizat. Saya yakin sekali uang saya di dompet tidak sampai 50 RM (kalo 50 US Dolar sih ada! Bukannya nyombong nih. Haha!). Dan ternyata: PAS 50 RM! Itulah mukjizat, semuanya pas! Pas waktunya, pas jumlahnya! Oh, haleluya! Saya pun memuji Tuhan. *sambil lari terbirit-birit

Tepat saya sampai, lima menit kemudian semua penumpang masuk ke pesawat. Segera meninggalkan Kuala Lumpur dan bertolak ke Jakarta. Traveling saat sakit dan kejadian-kejadian tak terduga lainnya. Sungguh traveling yang campur sari! That's backpacker.

Sunday, March 20, 2011

Genting "in a rush"

Saya terpaksa keramas pagi ini walau kondisi badan sedang tidak fit. Mau gimana lagi? Rambut sudah terkontaminasi dengan minyak kayu putih yang saya oles semalam-malaman, dan saya akan traveling hari ini! Saya malas keramas di saat traveling.

Sudah pukul 04.00. Saya pastikan adik-adik saya, Fendi dan Vina sudah siap. Paspor, boarding pass (web check-in printed), hostel booking printed, baju untuk 2 hari, yup! Kami pun siap berangkat! Pamit dengan orang tua di toko, mami saya berdoa untuk kami sambil menumpangkan tangan: "Berkati anak-anak saya, ya Tuhan". Dalam setengah jam ke depan, kami pun sampai di Soekarno Hatta Internartional Airport (SHIA). Mobil kami parkir di parkir inap, bagian dari strategi kami untuk menghemat bensin dan uang supir yang akan mengantar jemput kami (sambil berharap tarif parkir ga mahal banget). Kami pun berlari-lari menuju terminal 2D (dan saya harus ke ATM mengambil uang untuk pajak bandara nanti). Puji Tuhan! Semua berjalan dengan lancar. Kami pun menunggu di ruang D1 dan tak lama kemudian masuk ke pesawat QZ 7690. Tepat di pukul 06.25 pesawat take off.

Untunglah saya familiar dengan bandara LCCT. Walau persiapan traveling kali ini sangat minim (menggali informasi hanya sehari sebelum), tidak sulit untuk mendapat gambaran bagaimana kami akan mencapai Genting hari ini. Ya, hari pertama saya merencanakan ke Genting Highlands. Daerah dataran tinggi yang ditempuh kira-kira 1 jam dari KL Sentral ini sebenarnya tujuan utama kami ke Kuala Lumpur. Tepat di pintu keluar LCCT sebelah kiri, kami membeli tiket Aero bus 8 RM untuk tujuan LCCT-KL Sentral. Sebenarnya ada opsi naik bis langsung ke Genting dari LCCT. Hanya saja selain harganya jauh lebih mahal: 35 RM, juga tidak naik sky way cable car (kereta gantung). Padahal kami justru ingin mencoba naik sky way (dan untungnya saat itu sedang tidak di-maintenance). Sebenarnya ada opsi naik sky way pas pulang. Tapi sekali lagi, pertimbangan kami karena pulangnya kami mengejar waktu untuk sempat ke Twin Tower Petronas dan Bukit Bintang, dan ternyata bus langsung ke Genting harus kami tunggu 1 jam lagi, pilihan kami tidak goyah untuk tetap jatuh kepada aerobus.

Naik ke aerobus, untungnya penumpang sudah 80% penuh. Dari info yang saya baca di milis, paling malas naik aerobus ini karena biasa "ngetem" bisa-bisa sampai 1 jam. Intinya menunggu penumpang sampai penuh. Saya juga pernah mengalaminya. Sesampainya saya dari Incheon ke LCCT, saya yang harus ke KL Sentral dengan aerobus ini menunggu 1 jam untuk bus berangkat. Tapi memang saat itu masih pukul 6 pagi. Mungkin karena penumpang jarang juga, jadinya harus menunggu lama. Tapi kali ini, kira-kira 5 menit kemudian bus berangkat. Tiba di KL Sentral, kami mencoba ke loket bus Genting express. Ternyata tiket habis. Bus selanjutnya ada pukul 3 sore. Waduh! Untunglah saya ingat ada alternatif yang bahkan lebih efisien baik waktu maupun uang. Ya, kami naik LRT ke terminal Putra (2,4 RM). Terminal Putra ini kebetulan stesen akhir LRT, jadi sudah di luar kota dan dapat menghindari kemacetan. Tepat jam 12 kami pun sampai dan membeli tiket bus express Genting (8,5 RM, include sky way 5RM). Awalnya kami tidak tau loket bus ada di sebelah kiri. Melihat banyak penumpang menunggu di halte, kami kira cukup menunggu dan langsung naik, tiket beli di tempat. Tapi pas kami beli tiket, jadwal bus jam 1 siang (which is kami harus menunggu 1 jam lagi). Syukurlah petugasnya bilang kalo kursi di bus masih ada yang kosong, bisa langsung naik. Tepat saat kami menghampiri bus, ada 4 orang keturunan Chinese keluar dari bus. Dan kami bisa langsung naik! Yeay!

Bus menuju Genting memang lebih dekat dari terminal Putra, kira-kira 40 menit. Setelah itu bus men-drop kami dan kami naik lift ke lantai 3 untuk naik sky way. Geez! Antriannya panjang banget! Untuk menaiki sky way kami mengantri hampir 1 jam. Tapi, worthed! Pemandangannya bagus banget! Kami bertiga sampai kalap berfoto ria! Hehee... 11 menit sky way naik, kami pun sampai di penghujung yang ternyata terkoneksi dengan Genting Hotel. Kami pun menuju Indoor and Outdoor Theme Park. Jujur, kondisi saya benar-benar drop. Saya pun bilang ke adik-adik saya supaya mereka bermain di Theme Park dan saya menunggu mereka. tapi ternyata dengan muka tidak tertarik mereka enggan untuk bermain. Dan, tampaknya memang yang kami suka hanya berfoto ria! Hihihiii...

Sebenarnya ada banyak opsi untuk kami makan siang di sini. Tapi saya benar-benar tidak nafsu makan. Dan anehnya, adik-adik saya lebih tertarik ke fast food court: Burger King, KFC, dll. Dasar! jauh-jauh ke Genting makannya sama aja kaya di Jakarta! Ya, akhirnya kami makan di KFC. Nasi yang disajikan berupa nasi lemak, dan saya yang memesan sup malah dikasih bakso kuah. Aneh! Untunglah kami hanya beli 2 porsi untuk 3 orang. I really lost my appetite :(

Pukul 4 sore, kami pun berniat pulang. Malas ke terminal First World Hotel (di sana tersedia bus menuju KL Sentral), kami pun memilih untuk turun dengan sky way (5 RM). Turun dari sky way, kami ke loket penjualan tiket bus ke KL Sentral. Oh my! Tiket habis! Ke mana pun menuju pusat kota! Di sinilah kesempatan taksi liar menjajakan 'dagangan' mereka. Dipatok harga 100 RM! Stres! Kami pun tidak putus asa dengan keadaan. Mencoba bertanya kepada petugas kalo-kalo masih tersedia bus menuju KL Sentral. Saya pun teringat terminal bus dari First World Hotel (Yah, berarti harus naik sky way lagi dong?). Tapi setelah adik saya bertanya ke salah satu petugas, katanya tiket bus di mana -mana sudah habis kalo sore begini. Hiks! Ternyata strateginya begitu turun dari bus sebelum naik sky way, kami harusnya langsung membeli tiket bus pulang menuju KL Sentral. Tapi apa boleh buat, semua sudah terlanjur. Hiks! Ide gila pun bermunculan. Adik saya mengusulkan bermalam di Genting, tapi tidur"ngeper" di bangku yang ada. Yang satu lagi mengusulkan untuk kita negosiasi ke tour guide (kebetulan ada tur orang China yang lewat) untuk menumpang di bus mereka sampai KL Sentral. Tapi entah saya merasa pasti ada jalan (walau harus dibayar dengan harga mahal, yang penting jangan sampai 100 RM!).

Kami pun bolak balik lobby sampai ada seseorang menghampiri kami. Ternyata supir taksi gelap. Dia menawarkan harga 70 RM untuk sampai ke terminal Putera. Tapi kemudian kami nego 70 RM sampai di depan hostel kami (Belakang Berjaya Times Square), dan mengantarkan kami ke Petronas sebentar untuk berfoto ria. Dia pun setuju. Wow! Walau masih berat harus mengeluarkan 70 RM untuk taksi (bukan backpacker banget), saya bersyukur dan yakin ini pasti pertolongan Tuhan. Bagaimana tidak? Liat kondisi saya nanti di saat hari ini berakhir.

Seperti kesepakatan, kami di drop di depan Twin Tower Petronas untuk mengambil gambar. Sayangnya walau sudah pukul 7 malam, Kuala Lumpur belum begitu gelap (karena perbedaan waktu 1 jam lebih cepat dari Jakarta). Padahal keren banget berfoto ria di malam hari di depan Twin Tower! Merasa kasihan dengan sang supir taksi, kami mengurungkan niat untuk menunggu hari sampai gelap.

Hostel tempat kami menginap namanya Equator Hostel. Sebenarnya saya minta tolong teman saya untuk booking. Letaknya strategis, hanya saja tulisan nama hostel kurang mencolok, sehingga kami harus bolak balik di sepanjang jalan Lorong 1/77A itu. Tepat di sebelah hotel Merkuri! (dan lucunya kami sempat bertanya harga kamar di hotel tersebut, kalau-kalau kami tidak menemukan Equator Hostel. Dan again, harganya ga backpacker banget!). Liz, pemilik hostel menyambut kami dengan hangat: "Hello! We're just waiting for your coming!". Saya isi daftar buku tamu. Wow! Tamunya rata-rata dari Jerman dan Belgia! Di halaman yang saya tulis tidak ada tamu dari Asia kecuali saya (dan tentunya teman saya yang akan menyusul). Saya pun melunasi 1 twin room with AC (70 RM) dan 1 single room with fan (40 RM). . Oh ya, bukan dormitory karena sudah penuh. Tapi saya bersyukur untuk pengeluaran ini. Tubuh saya butuh istirahat di ruangan yang nyaman. Setelah menaruh bawaan, kami pun makan malam tak jauh dari hostel: restoran Safreen. Adik saya sedang "ngidam" kari tampaknya.'

Selesai makan, saya kembali ke hostel sementara adik-adik saya berkeliling ke Berjaya Times Square dan sekeliling. Ini tak jauh karena badan saya benar-benar rontok! Sampai di hostel, saya pun mandi dan tidur. Bersiap untuk esok hari yang panjang. ZzzZzzzZzz...

Saturday, March 19, 2011

An unusual way of welcoming a traveling

Di tengah-tengah kesibukan pelaporan SPT Masa dan SPT Tahunan, saya yang bertugas di TPT KPP Pratama Teluk Betung tiba-tiba mengingatkan diri sendiri: weekend ini trip ke Kuala Lumpur. Saya buka email yang saya terima dari Airasia berisi lembaran confirmed booking: S6CE76M. Beberapa bulan yang lalu saya rada kalap memang dengan penawaran tiket promo oleh maskapai terjangkau Airasia. Sebenarnya saya sudah beberapa kali mampir ke bandara LCCT Kuala Lumpur tersebut. Hanya saja untuk kepentingan transit. Jadi, kenapa saya memilih destinasi kali ini Kuala Lumpur? Simpel. Karena ini negara tetangga (masa yang paling deket belum pernah dieksplor?). Saya pun enggan merelakan cuti saya yang tersisa hanya untuk negara Asia Tenggara. Dan, saya butuh traveling murah! Jujur, kantong saya menipis setelah pulang dari Winter Korea trip. Dan saya harus mempersiapkan tabungan yang sehat demi keberhasilan mendapatkan visa Australia yang akan saya gunakan libur lebaran ini. Ribet kan? Uda melarat, masih pengen traveling! :p

Sebenarnya untuk tiap-tiap negara yang saya kunjungi, saya pastikan diri saya membawa misi khusus sebagai pokok doa keliling. Tapi entah untuk kali ini saya merasa terpacu untuk lebih berdoa untuk negara sendiri, karena Malaysia ternyata lebih maju dari Indonesia! Huks! Sakit rasanya. Hal ini saya sadari sewaktu saya dalam perjalanan transit dari Kuala Lumpur ke Singapore saat Winter Korea Trip kemarin. Kemajemukan bangsa ini tidak menjadi hambatan, malahan keberagamanlah yang memperkaya! Well, okay. Above is my preface actually.


Menjelang sore hari sebelum pulang kantor, tiba-tiba saya merasa kurang fit. Rasanya badan ini lemas dan rada demam. Saya pun buru-buru mengambil kesimpulan: gara-gara kemarin pulang malam dari KKR naik motor di tengah gerimis. Jarak dari lokasi KKR ke kos saya memang lumayan, sekitar 30 menit. Tapi entah bagaimana, tangan saya pun mengetik updates untuk account twitter saya: "Saya positif masuk angin, temans!" 

Beberapa menit kemudian saya pun ke toilet. Buang air besar, tapi encer! Hmm.. Seingat saya dulu mami saya pernah bilang kalo sakit dan buang air besar itu berarti bagus, mau sembuh. Oh, baiklah! Saya pegang kata-kata mami saya ini. Tapii.. Sekali lagi saya harus masuk ke toilet dan melakukan hal yang sama. Hiks! Sampai di kos, saya tidak mau berspekulasi. Saya vonis diri saya ini sedang sakit, namun hanya membutuhkan istirahat cukup dan konsumsi multivitamin. Setelah mandi dengan air hangat, saya pun terlelap di pukul 6 sore.

Saya terbangun. Kali ini bukan karena alarm, tapi karena perut mulas. Oh my! Seingat saya tujuh delapan kali saya terbangun untuk ke toilet dan buang air besar (and still in liquid). Akhirnya tahulah saya: DIARE. Heran, kenapa bisa diare ya? Saya pun mengingat-ingat apa saja yang saya makan hari itu. Dan tuduhan saya jatuh pada es cincau yang saya minum saat makan siang di AKA (padahal ditraktir mas arman lho!). Jumat pagi pun saya ijin ke atasan untuk istirahat di kos. Mau gimana lagi? Badan saya lemas to the max dan tidak bisa bekerja dengan maksimal. Puji Tuhan saya dikelilingi oleh teman-teman kantor yang luar biasa. Salah satunya mbak Wisma yang berbaik hati mengantar saya sampai kos dan mas Hendra yang membawa kendaraan. Sebelum sholat jumat, mereka pun menjemput saya kembali ke kantor. Tidak lupa saya bawa tas backpack saya. Ya, malam ini saya akan menyeberangi selat Sunda dari Bandar Lampung menuju Jakarta. Luar biasa! *ngomongnya sambil nangis*

Siang hari saya usahakan diri saya untuk dapat bekerja melayani wajib pajak di TPT. Dan sore hari pun tiba. Saya tetap harus bersyukur karena Tuhan menyediakan saya tumpangan ke Jakarta dengan mobil mas Arman, salah seorang fungsional di kantor. Kami berlima pun berangkat.

Dalam perjalanan saya berdoa kepada Tuhan untuk dapat sampai di rumah setidaknya pukul 3 pagi. Kenapa? Karena flight saya ke Kuala Lumpur jam 06.45 pagi! Dan sudah diketahui bahwa untuk penerbangan international paling lambat 45 menit harus sudah check-in. Hmm.. Biasanya kalo saya ke Jakarta sepulang dari kantor langsung, saya sampai di rumah kira-kira pukul 3-4 pagi. Tapi entah kenapa walau rasanya mulut ingin komat kamit untuk berdoa,  hati saya percaya bahwa semua ada dalam rencanaNya. Dan benar! Mukjizat nyata di saat kita percaya dan berdoa! Pukul 01.45 saya sampai di rumah. It's amazing, wasn't it? Padahal saya sudah membuat plan B dengan adik-adik saya kalo-kalo saya belum sampai di rumah jam 3 atau 4 pagi, kami akan bertemu di daerah Grogol dan langsung menuju bandara Soekarno Hatta (dan artinya saya tidak mandi dan langsung berangkat ke negara orang. Positif negara mengekspor PNS dekil!). Oh, HALELUYA! Saya pun menyempatkan diri saya packing dan tidur selama 1 jam. Dan untuk beberapa jam ke depan saya akan ada di negara lain! Ya, kali ini Jakarta menjadi tujuan transit untuk beberapa jam.

Wednesday, February 9, 2011

Fly to Seoul (2)

Pagi saya terbangun dengan perasaan aneh: di mana saya? Sensasi asing yang paling asik selagi traveling. Saya pun menyadarkan diri kalo saya sedang dalam perjalanan mencari kitab suci (emangnya Sun Go Kong?) Oke, saya akan mengeksplorasi Seoul untuk 6 hari ke depan! Dengan keadaan sekamar berlima, saya pun inisiatif bangun paling pagi (pukul 06 pagi) supaya tidak antri kamar mandi karena pemilik hostel berjanji akan mengantar kami pukul 08.30 ini ke bandara Incheon (untuk bertemu dengan rombongan lain). Saya buka jendela kamar yang ada di lantai 10 ini. Buset! Masih gelap banget! Saya pun memutuskan untuk tidur lagi dan memutuskan bersiap setengah ajm kemudian.

Seperti yang dijanjikan, 10 orang rombongan maskapai Airasia menunggu 20 orang rombongan maskapai Garuda di Gate C bandara Incheon. Karena tiba lebih awal, kami pun sarapan dan saya memilih sarapan yang paling murah: plain donuts Dunkin Donuts 1.000 Won dan air tab gratis! Hahaa! Pukul 9 rombongan berkumpul lengkap dengan ketua gengnta: Claudia Kaunang :p Saya pun menyambut dan memeluk mami saya. Thanks God, beliau tiba dengan selamat! Masing-masing dari kami naik ke bus dan perjalanan dimulai!


Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Hwaseong Fortress di kota Suwon. Komplek benteng bertembok yang dibangun menghormati Raja Sado yang dipaksa bunuh diri oleh Raja Yeongjo ini masuk dalam daftar UNESCO World Heritage. Keluar dari bus, rombongan pun kalap berfoto ria, tidak terkecuali saya (atau tepatnya mami saya). Angin winter yang berhembus membuat saya kedinginan. Padahal saya sudah berpakaian longjohn dan lapis empat! Oia, saya lupa memperkenalkan tour guide kami, Mr. Alex namanya (lupa nama korea beliau). Mr. Alex kira-kira berusia 40-50 tahun namun sangat energik! Orangnya humoris dan sangat sabar! Tidak ada seorangpun di rombongan yang tidak menyukai beliau. He's the best! Kami pun berkeliling sebagian kecil  Hwaseong Fortress (luas seluruhnya hampir 6 km). Saat menyeberangi jalan, kebetulan saya menyeberang lebih dulu dan harus menunggu beberapa teman. Sambil menunggu, ada seorang halmeoni (nenek) yang mengamati saya. Saya pun menunjukan kamera ke arah beliau dan berpose bersama. Tara! Ini foto kami. Dan tau? Seperti tanda perkenalan atau ucapan terima kasih, halmeoni memberi saya permen. Uoohh... *tersentuh*

 Bus melaju ke Folk Village, lokasi di mana kami pun akan makan siang. Yeay! Seru deh! Pelayannya rata-rata ibu-ibu mengenakan Hanbok. Sumpit dan garpu lebih panjang dari biasa. Daaann... kimchiii!!! Ya, hidangan'snack' ini akan biasa menemani (biasanya saya cuma temui saat bersantap di resto Korea FISIP-UI). Hidangan pun datang: Dolsot Bibimbap! Nasi putih di atas mangkok batu panas dengan lauk di atasnya berupa sayuran beraneka warna, daging sapi, telur mentah, dan sambal gochujang. Sebelum dimakan, nasi dan lauk diaduk. Panas dari mangkok batu bikin telur jadi matang (ajaib! hehee..) dan karena minyak wijen di mangkok, nasi pun menjadi kerak yang garing dan harum untuk dimakan.

Selesai makan siang, kami pun mengelilingi Folk Village. Tepat di depan restoran, ada toko yang menawarkan jasa pemotretan dengan Hanbok sewaan. 20.000 Won per lembar foto. Karena saya tidak berminat (ngirit sih sebenarnya), saya pun masuk berkeliling Folk Village. Begitu masuk saya disuguhi foto Dae Jang Geum. Ya, di sini area shooting drama Jewel in the Palace. Saya sih belum pernah nonton. Tapi setau saya banyak orang yang bilang drama ini bagus untuk ditonton (oke, uda masuk waiting list!). Folk Village ini memang mengagumkan! 270 Hanok (rumah tradisonal Korea) dan perlengkapan rumah jaman dulu dikumpulkan dan dijadikan museum dalam satu area luas itu berhasil menyulap saya seakan ada di Korea era 150 tahun yang lalu. Dan pas banget! Ada serombongan artis yang sedang shooting sambil mengenakan pakaian 'jadul'. Saya pun tidak melewatkan kesempatan ini untuk foto bersama. Hihihii....

Selesai mengelilingi Folk Village yang luas, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Hongik University, universitas swasta yang terkenal dengan jurusan seni. Di tengah perjalanan, kami berhenti di atas jembatan Han River untuk berfoto. Bus kembali melaju dan berhenti di area dekat Hongik University/Hongdae. Sebenarnya bukan kunjungan ke universitasnya, tapi shopping areanya yang menarik untuk dikunjungi, layaknya tempat gaul/ hang outnya ABG Korea. Dan benar, toko2 baju, sepatu, kudapan pinggir jalan, kafe, salon, dan aksesoris berjejer sepanjang jalan. Saya paling suka dengan toko sepatunya, murah dan bagus! Sayangnya, karena sedang musim dingin, sepatu yang dijual banyakan boots. Tapi gapapa, boots bagus bisa didapat dengan harga 10.000 Won! Hal menarik lain yang bisa ditemui di area ini adalah Hello Kitty Cafe. Kursi, meja, dinding, bahkan toilet, semuanya bernuansa Hello Kitty! Pecinta Hello Kitty pasti serasa di surga kalo ke sini. Hihihii...

Tepat pukul 18.00 kami berkumpul di Yoogane untuk santap malam. Menunya? Chargrilled spicy chicken! Satu loyang panas di perhadapkan di depan empat orang untuk sekali santap. Pelayan akan menaruh lauk dicampur sayuran di atas pan panas. Seru! Rasanya mirip ayam cincang bumbu padang, tapi lebih asin manis. Walaupun kami makan dengan lahap saking laparnya, tetap saja porsinya terlalu banyak hingga bersisa dan dibungkus kalo-kalo di hostel nanti ada yang kelaparan :p

Perut kenyang, hati senang. Tidur pun sepertinya menyenangkan! Ya, bus pun melaju menuju hostel tempat kami menginap untuk 4 malam ke depan: Mr. Sea Backpacker Hostel. Saya tidur di 7 bed dorm dengan shared bathroom. Saya dan rombongan pun segera berberes dengan koper dan barang bawaan kami. Emang dasar anak muda, sayang rasanya jam 8 malam uda tidur. Saya pun mengajak beberapa teman saya untuk berkeliling di sekitar hostel. Oya, serunya hostel kami letaknya strategis banget! Jadilah kami bertujuh menjelajahi area pertokoan sepanjang Jongrogu sampai pukul 23.30! Udara malam hari memang lebih dingin. Ga heran sekembalinya saya di hostel, hidung meler dan bersin-bersin! Huhuhuuu...

Tuesday, February 8, 2011

Fly to Seoul! (1)

Flight saya hari ini memang menyiksa. Keberangkatan internasional yang mengharuskan tiba di bandara 2 jam sebelum penerbangan membuat saya harus terbangun oleh alarm Blackberry saya tepat pukul 02.30 pagi. Dan parahnya lagi, packing belum selesai! Saya pun buru-buru bangun dan terlambat tiba di tempat janjian dengan teman saya, Dento di pukul 04.00. Untunglah perjalanan lancar. Taxi kami tiba di bandara pukul 04.30. Setelah BBMan dengan beberapa teman trip bareng, kami pun check in.

QZ 7682 hari ini sangat on time. Tepat pukul 06.20 pesawat take off dan tiba di LCTT pukul 09.20 (dengan perbedaan waktu 1 jam lebih cepat dari Jakarta). Karena di sini kami hanya transit dan penerbangan selanjutnya ke Seoul pukul 13.55, kami pun makan (sarapan+makan siang) di Taste of Asia. Walau saya memesan nasi lemak spesial, saya tidak order minuman. Maklum, backpacker. Saya yang lumayan terbiasa transit di LTCC tau jelas air mineral yang dijual di resto tersebut lebih mahal: 3,4 RM. Padahal tepat di depan resto ada toko kecil yang menjualnya dengan harga 1,5 RM (lumayan buat beli tiket lagi :p). Karena masih harus menunggu lama, saya, Dento, dan Saphire (nama aslinya Syarif) pun berkeliling di pertokoan sekitar LCTT (apa daya, waktu pun ga cukup untuk ke KL Sentral).

Setelah beberapa lama menunggu, teman-teman saya check-in bagasi. Berhubung saya sudah self check-in via web dan hanya membawa 1 tas backpack+ 1 tas selempang kecil Eiger orange, saya tidak ikut. Di sini sempat terjadi hal menegangkan. Kebetulan teman saya, mbak Erry sedang di toilet pas mbak Sri, mbak Arie, dan Dento check-in bagasi. Tak lama mbak Erry pun datang dan ngobrol dengan suami. Saya pun tidak sadar karena sedang berWi-fi ria sampai mbak Erry bertanya teman-teman yang lain pergi kemana. Saya jelaskan kalo mereka sedang check-in bagasi dan astaga! Mbak Erry dan suami belum check in bagasi! Bagaimana ini? Sudah jam 12! Mbak Erry dan suami pun buru-buru ke counter check-in bagasi. Setengah jam menunggu, belum ada satupun teman saya yang datang. Gaswat! Saya dan Saphire menyusul dan bertemu dengan mereka yang baru selesai menaruh bagasi. Ternyata antrian panjang dan counter yang buka hanya satu! Gaswat! Bagaimana dengan mbak Erry dan suami yang baru menyusul? Sudah jam 1 pula! Syukurlah mbak Erry dapat dihubungi dan kami janjian bertemu di boarding room. Dan puji Tuhan tepat pukul 13.30 kami semua bergegas masuk ke pesawat D72684.

Wow! Saya excited sekali! Ini kali pertama saya traveling dengan pesawat airbus besar komposisi bangku 3-3-3. Bukan hanya itu, aircraft crew yang menyambut dan membantu saya menemukan seat sangat ganteng! Mendekati Lee Min Hoo lah! Hehee.. Ditambah lagu Fly to Seoul ~2 PM yang diperdengarkan di pesawat. Belum sampai tujuan, bikin serasa di Seoul aja! Seketika saya jatuh cinta sama negara ini! <3


Take off tepat pukul 13.55, saya duduk di bangku 24 H, diapit teman saya Dento dan seorang perempuan, Phe namanya. Kami berkenalan dan berbincang-bincang sepanjang perjalanan. Phe berdomisili di Kuala Lumpur dan mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi di Korea Selatan. Lulus dari studi, dia pun bekerja di Seoul sampai sekarang. Ternyata dia pulang kampung untuk merayakan Imlek bersama keluarga di Kuala Lumpur dan sekarang harus kembali ke Seoul. Phe teman perjalanan yang menyenangkan! Saya sempat kaget, ternyata usianya 28 tahun! Saya kira kami sebaya. Phe belum menikah. Dasar saya iseng, saya tanya dia ingin menikah usia berapa. Phe pun menjawab ingin menikah di usia 30 tahun. Keceplosan, saya pun bilang kalo di Indonesia umumnya menikah di awal usia 20an dan dia kaget! Hahaa!

Dalam 6 jam perjalanan selanjutnya, saya pun tertidur lelap (untungnya sudah dilatih tiap minggu tidur di bus Damri Bandar Lampung 8 jam!). Selanjutnya saya terbangun untuk mengisi arrival card dan embarkation card yang terjepit di kursi depan saya (sepertinya aircraft crewnya memaklumi saya yang sedang tidur). Saat saya mengisi lembaran tersebut, saya melirik ke arah Phe. Dia sedang menulis catatan di atas notes dengan aksara mandarin! Saya jadi iri. Dia bisa 4 bahasa: Mandarin, Melayu, Inggris, dan Korea! (Dia sempat share kalo dia lancar bahasa Korea setelah belajar hanya dalam 4 bulan). Saya sumpahi diri saya untuk lebih belajar keras untuk menguasai bahasa asing selain bahasa Inggris. Dan sisa perjalanan tetap diisi dengan kegiatan: tidur.


Tiba di Incheon pukul 21.15 (dengan perbedaan waktu 2 jam lebih cepat daripada Jakarta). Brr! Dinginnya sudah terasa! Setelah melewati imgrasi, kami pun menunggu jemputan di lobby Incheon. Ya, malam ini kami akan bermalam di Incheon Backpacker Hostel karena waktu terlalu malam untuk menyusul ke Seoul. Lagipula kami harus menunggu kedatangan rombongan yang berangkat dengan maskapai Garuda besok pagi di bandara Incheon. Namanya juga norak, langsung deh ngetweet dan update status di facebook: Incheon. Kebetulan mbak Ade sedang mengurus peminjaman ponsel di loket dekat lobby (oh ya! di Seoul kita tidak membeli sim card, tapi juga meminjam hp nya!).

Seorang pria tegap berkaca mata pun datang ke arah kami. Ternyata pemilik hostel yang akan mengantar kami. Setelah berbincang dengan teman saya dalam bahasa Inggris, kami pun berangkat. Tapi tiba-tiba.. Si ahjussi menunjuk ke arah saya sambil berbicara dalam bahasa korea. Heh? Saya pun bingung. I beg your pardon, Sir? Oh, ternyata saya dikira orang Korea dan ada di rombongan terpisah dengan teman saya. Great! Awal yang sempurna buat saya menggaet pria Korea selama di Seoul! Hahaa! Hostel yang kami inap malam itu ternyata berupa flat apartemen yang disewakan. Jadi, sangat nyaman! Seperti hotel bintang 3. Saya yang sudah tepar pun hanya menyikat gigi dan mencuci muka dan kaki. Yeah, malam pertama saya di Korea Selatan. Annyeong haseyoooo!!!! :D

Friday, January 28, 2011

God bless me!

Saat ini saya sedang berada di atas kapal dari Bakauheni menuju Merak. Ya, sudah biasa memang setiap hari Jumat sepulang kerja saya menyeberang selat Sunda ini dan berada di 2 pulau besar Indonesia. Hebat bukan? Hahaa! Untunglah atmosfir ngeblog di tengah laut ini didukung oleh smartphone canggih saya. Sebut saja dia Strawberry. Strawberry memang smart! Saya yang biasa nge-blog via PC pun terkagum-kagum ngetik via Strawberry! #norak Jangkar kapal baru diangkat sekitar pukul 21.30 dan penyeberangan biasa ditempuh dalam kurun waktu 2-3 jam. Anehnya, mata yg biasanya 'finger print' untuk tidur jam 10 malam, kali ini masih segar. Untuk memanfaatkan waktu, sayang rasanya kalo saya tidak manfaatkan untuk menulis kejadian simple yang baru saya alami, tapi amazing buat saya pribadi.

Sebelumnya saya menjadwal untuk tidak pulang ke Jakarta minggu ini. Aneh memang, karena itu berarti mukjizat! :p Well, saya sebenarnya sih karena hari Rabu depannya saya akan berangkat ke Jakarta untuk imlekan dan berangkat ke Pontianak hari itu juga (See? Saya akan ada di 3 pulau besar Indonesia! Saya memang hebat! Haha!) Jadi, daripada mubazir (dan saya memang lagi nekan budget banget buat nabung ke Korsel nanti), saya memutuskan stay di Lampung. Tahulah saya seperti apa. Sulit membayangkan saya yang tidak punya schedule minimal 1 minggu ke depan. Alhasil, dari minggu sebelumnya sayapun merencanakan untuk berenang dan ke pantai ke teman seperjuangan saya di Lampung (Teman kampus, teman kos, teman kantor dan mudah-mudahan bukan teman hidup~amit-amit!), Putri.

Manusia berencana, tapi keputusan Tuhan yang terlaksana. Bolehlah saya berencana untuk spend weekend di Lampung. Mendadak suatu pagi saya menerima email dari Claudia Kaunang bahwa kami akan ketemuan di Plaza Semanggi hari Sabtu! Cakep! Schedule pun dirombak dan akhirnya di sinilah saya, menulis log di atas kapal (Maaf ya utii, sequel berenang kita lanjutkan ke waktu yang belum bisa diputuskan. Have fun, say!).

Beberapa hari ini Bandar Lampung selalu hujan pada siang menuju sore hari (yang puncak hujannya di malam hari, tidur jhadi pules, pagi jadi males bangun). Sambil berharap pulang kantor nanti cuaca baik-baik saja, pagi ini saya menerima kabar mengejutkan! Sebuah kapal meledak saat menuju Merak! Konon beberapa orang tewas dan masih belum bisa dipastikan jumlah pastinya. Kapal yang bernama Lautan Teduh tersebut meledak karena sebuah mobil yang terbakar di parkiran kapal. Jadi parno. Untunglah iman di dalam hati saya berbisik bahwa semua akan berjalan baik-baik saja. Amin.

Tiitt!!! Kotak hitam itu berbunyi. Selesai finger print, saya bergegas menuju parkiran motor. Waduh! Awan gelap sudah menghiasi langit. Tanda-tanda hujan sepertinya tidak dapat dihindari. Oh, bless me God! Saya pun segera tancap gas. Smapai di kos, saya buru-buru ambil ransel backpack dan tas kecil Eiger saya dan.. 'Tes! Tes!' Hujan pun datang. "Ah, terobos aja!", pikir saya. Tanpa ragu (dan tanpa mandi), sayapun mengunci kamar kos ditemani payung saya tercinta (walaupun sebuah payung, tapi saya beli di China dan sudah menemani saya ke beberapa negara lho! Hehee). Hari ini saya 'ngeteng' dan sendiri berangkat ke Jakarta. Dari kos naik angkot ungu dan nyambung angkot oranye (Fyi, trayek angkot di Lampung bukan ditandai dengan angka tapi warna. Saya juga heran awalnya. Kalo ada orang buta warna gimana?). Turun di Panjang (nama daerahnya), saya pun naik travel menuju Bakauheni. Naik travel ini kesel-kesel nyenengin memang. Kesel karena 'ngetem'nya lama, nyenengin karena harganya murah (masih inget kalo saya lagi nekan budget untuk ke Korea?). Hampir satu jam menunggu, travelpun berangkat. Satu setengah jam perjalanan, saya pun tiba di Merak. Kucruk, kucruk~perut saya bunyi. Ternyata seharian ini perut saya belum dihajar nasi. Dasar orang Endonesa! Saya pun mampir ke rumah makan padang dekat loket. Saya biasa pesan nasi padang (dengan ikan tongkok kesukaan saya). Tapi berhubung hujan, saya jadi pengen yang anget-anget. Pilihan pun jatuh pada SOTO! Dingin-dingin begini pasti sedap makan berkuah dan panas, pikir saya. Oia, harga di rumah makan ini masih standar, makanya saya berani pesan. Saya yang biasa nanya harga sebelum pesan pun, karena suda biasa, tidak tanya-tanya harga lagi. Sampai di kasir: "Berapa semuanya pak?" "21 ribu (nasi soto 17ribu+jeruk panas 4rb)" Alamak! Mati-matian neken budget di transport, bermuaranya di pengeluaran konsumsi juga. Pas saya liat, pantas saja mahal. Porsi sopnya banyak banget! (Untung ga bersantan), dan isinya daging semua! (Padahal maksud hati maunya daging ayam). Dengan berat hari saya keluarkan selembar uang warna biru. Hiks!


Selesai membeli tiket kapal di loket (Rp 11.500),saya masuk ke dermaga). Eh, ketemu teman saya Riogi dan rombongan orang pajak di kpp Tanjung Karang, Kedaton, dan Kanwil. Tuhan baik! Saya jadi punya teman barengan. Sampai di kapal kamipun memilih ruang lesehan. Tak lama kemudian, datang rombongan bapak-bapak dari kantor saya kpp Teluk Betung! Wah, ini manh namanya reunian di kapal! Bisa kebetulan gitu yak? Saya pun dapat tumpangan dari Merak ke Cibubur, rumah saya oleh orang-orang kantor saya yang kebetulan bawa mobil (sebenardiajak, tapi menolak dengan halus karena ga enak hati. Bos-bos semua bookk!). Sambil menyantap makanan mahal (menurut saya) yang saya beli tadi, saya pun mengucap syukur kepada Tuhan. Rasa-rasanya baru tadi saya meminta dalam doa dan permohonan. And u know what? Apa yang gw alami barusan bener-bener sama persis sama apa yang ada di pikiran saya yang akan saya dapatkan. Luar biasa! Di masa sabat saya seperti ini, Dia tetap bekerja! That's what we called as GRACE, right? He is my God! :)


Selat Sunda, 28 Januari 2010

Tuesday, January 25, 2011

Poor blogger newbie :(

Bermula dari obrolan di twitter kalo saya abis update blog kemarin malam di kantor, siang ini saya dan dua orang rekan kantor saya mas ijal dan k'ryo asik ngobrolin blog masing-masing (tepatnya saya yang memulai karena 'udik' utak-atik blog biar ga keliatan simple. Setelah 'berguru' sama mereka, saya jadi ketagihan search dan add widgets untuk mempercantik blog saya. Alhasil, seharian kerja jadi ga konsen!

Emang repot jadi cewek. Estetika yang tinggi bikin saya ga puas sama editan design blog saya. Ganti font, warna template, tambahin widgets seharian masih aja ga puas-puas, rasanya masih kurang dan belum maksimal untuk tampil eye-catchy dan elegan (Cieeh!). Bahkan sampai jam pulang kantor, karena pekerjaan yang masih menumpuk (dan hujan deras), saya pun memutuskan untuk stay di kantor dan (tetep) ngutak-ngatik blog saya ini.
Belum puas dengan widgets yang dipunya, saya pun googling dengan keyword search: travel widgets for blog. Dan wow! Keren-keren aplikasinya! Saya pun langsung nafsu menambahkan widget-widget cantik tersebut ke blog saya (Biar maki eksisidentitasnya sebagai traveler. Ahaha!)

Sampai suatu ketika saya menemukan link keren untuk travel-blogger: blogabond.com. Widget ini bisa menampilkan header blog kita dengan peta dunia yang bisa ditarik garis tempat-tempat yang sudah dan akan dikunjungi. Wah, tanpa ragu lagi gw klik: add widgets! Saya ikuti petunjuk instalnya, dan emang dasar saya nafsu, saya langsung 'save setting' untuk blog saya. Pasti bakal keren, pikir saya. Dan dengan tidak sabar, saya pun segera meng-klik 'View Blog' untuk lihat hasil add new widget saya (travel map) tersebut. Tapi, oh TIDAAAKKK!!! Peta yang jadi header memang keren, tapi templatenya jadi jauh lebih simple dari yang saya buat. Lemes.

Saya cari akal untuk mengembalikan template lama saya. Saya klik'undo', tetap tidak berhasil. Oh, no! Bahkan alamat blog saya jadi di direct ke nama alamat yang berbeda, bukan defilavida.blogspot.com lagi! Hiks! Mau nangis saya rasanya. Seperti sia-sia seharian ini utak-atik blog, dan yang bikin kacau: saya pelakunya! Mood saya untuk nge-blog mendadak turun. Nafsu saya yang awalnya menggebu-gebu jadi ciut tertinggal seperti debu (Apa deh!).

Silent. Tenang. Saya ambil waktu beberapa menit untuk take a deep breath and say "Everything's okay, Def!". Dan jari saya pun kembali menari dengan lentik untuk menulis kekesalan saya yang terjadi beberapa menit lalu (I mean, that's what my blog for right?). Akhirnya nafsu ngeblog saya pun naik lagi, kali ini rada beda auranya karena saya nafsu karena semangat menumpahkan kekesalan saya. Beberapa menit saya menulis, tiba-tiba.. BLACKOUT! Mati lampu! Cakep! Ada apa sih saya dengan blog? Kaya ga jodoh banget deh! Beberapa tahun yang lalu saya bikin blog, akhirnya terabaikan entah dimana. Saya bikin lagi, tapi angot-angotan. Nah, sekarang lagi semangat karena ada komunitas di kantor, malah ada kejadian kaya begini. What do you want from me my little cutie bloggie?

Gelap. Sunyi. Sendirian di ruangan kantor dan ga bisa liat apa-apa kecuali terang yang bersumber dari BB saya. Well, saya sih ga ada masalah gelap-gelapan begini. Cuma saya harus ngapain sekarang? Mau pulang, di luar hujan deras. Mau ngapa-ngapain di kantor, ga bisa gara-gara lampu mati begini. Beberapa menit ngedumel, sepertinya malaikat lewat menyampaikan persungutan saya dan menjawabnya dengan kejutan kecil. Taarraaa!!! Listrik jalan lagi, langsung buru-buru tekan 'turn on' PC sambil ngumpulin mood buat lanjut nge-blog (Well, ga ada pilihan lain kan? Di luar masih hujan deras bookk!!). Oke, sejujurnya saya ga langsung lanjutin nge-blog. Saya butuh mood-booster: nonton K-Dorama 'God of Study'. Ga lama, cuma beberapa menit, itung-itung buat latihan listening sebelum ke Korea 2 minggu lagi (sombong dikit ceritanya).

Dengan enggan melihat tampilan template saya yang bikin illfeel itu, kemudian lanjut ngeblog. Yah, gw harus ngulang lagi dah! Tapi kemalasan itu harus dibunuh biar unconsistency of blogging tempo dulu ga terjadi lagi, pikir saya.Ngetik, ngetik, ngetik, BREETTT!!! Blackout again! Muonyoongg!!! Masa gw ngulang 3 kali? Ah! Ga asik banget sih! Kebetulan hujan mulai reda, dan saya pun memutuskan untuk pulang ke kos. Sampai di kos, beberapa menit kemudian hujan lebat. Lumayan lama bok! Bahkan sampai saya tertidur pulas, masih hujan deras. Well, dari sini saya menyimpulkan bukan kebetulan kejadian 'ngebetein' blackout itu terjadi beberapa kali. Ini 'tindakan pengusiran' dari Tuhan, untuk kebaikan saya sendiri! Oh, saya langsung bertobat dan mengucap syukur kepada Tuhan. Kalo ga, mungkin saya akan menginap di kantor sampai pagi bukan? :D



p.s.: k'ryo kualat! Gara-gara mengejek saya yang sendirian di kantor dan mati lampu, dia pun kena karma! Mati lampu pas lagi main DOTA! Hahaa! #puas

Monday, January 24, 2011

iMOVE!

Tak sabar sebenarnya menanti hari ini. Minggu lalu, pemimpin di gereja saya, K'Jo sms untuk hadir di pertemuan pemimpin Abbalove Ministries yang akan dibawakan oleh salah satu penatua kami, Eddy Leo di KTC tanggal 22 Januari 2011 pukul 08.30-12.00. Dan lagi, kemudian saya terima sms dari departemen doa kantor pusat gereja saya di Speed kalo di hari dan tempat yang sama akan ada impartasi dari ps. Paul Ang (dari Kuala Lumpur) tentang pelayanan profetik dan suara kenabian. Oh! Dari judul acaranya saja sangat menggiurkan bukan? (tho it's not food at all, anw). Saya A.N.T.U.S.I.A.S!!!

Dasar emang saya yang demen kongkow sama adik-adik saya malem-malem. Iseng kami pun pergi ke tenda roti bakar favorit kami, tapi menunya: Interned keju, alias Indomie Telor Korned dan keju! Well, pasti mengira kalo banyak tenda yang menyajikannya. Tapi percayalah, kalo kalian mampir ke Cibubur, pastikan kalian mampir ke tenda-yang-selalu-rame ini karena rasanya sudah teruji oleh berbagai jenis lidah! :p Setelah nonton DVD Full House di ruang keluarga, jam 10 malam kami berangkat dan pulang ke rumah sekitar jam 11 malam. Kenyang! Pastinya jangan langsung tidur dong, ga baik untuk pencernaan. Saya pun memutuskan untuk membaca bukunya Deedee Caniago "Flashpacking to Australia" yang saya beli di 2nd Anniversary Gramedia Grand Indonesia (diskon 30% all books!). Berhubung beberapa hari lalu saya sudah booking tiket promo Bali-Darwin, saya pun banyak berkhayal dengan tulisan Deedee sambil berharap tiket JetStar Darwin-Sydney moga-moga murah. Alhasil, saya tidur jam 1 pagi. Aish! Padahal saya harus bangun pagi untuk datang ke acara di KTC karena kami kumpul di Mal Depok jam 7 pagi. Dan benar! Saya yang biasa sehari-hari tidur 7 jam pun bangun tersentak ketika melihat jam di hp saya menunjukan pukul 06.47! Buru-buru mandi, sambil sms teman saya: gimana kalo saya dijemput di halte busway pasar rebo? Syukurlah, bisa. Saya pun buru-buru naik ojek dan bertemu dengan mobil Pak Moren pukul 07.45. Moga-moga ga telat, doa saya.

Puji Tuhan, doa saya terkabul! Kami sampai di KTC tepat pukul 08.30. Saya dan beberapa teman dari Depok absen dan memilih bangku nomor dua dari depan (sebenarnya teman saya sudah take a seat di bangku nomor liam dari belakang, tapi saya ngotot untuk sama-sama pindah ke depan. Biar maknyus dapat impartasinya!~kebiasaan saya dari dulu, selalu duduk nomor dua dari depan). Praise and worship, kak Eddy pun mulai membagikan arahan untuk jemaat Abbalove ke depan. Ini sebenarnya semacam pelatihan untuk memaksimalkan komunitas sel. Luar biasa! Berikut resume yang disampaikan oleh kak Eddy:







Setelah itu, kami break untuk makan siang (puji Tuhan, dapet jatah! Hehee). Kebetulan di sana sedang ada bazaar buku Metanoia: 3 buku hanya 15 ribu! Saya pun mengambil 2 paket buku bertemakan Doa (6 buku) hanya dengan mengeluarkan uang 30 ribu! Mantaf! Sebagai book-shopaholic rather than wardrobe-shopaholic, hari itu hati saya berbunga-bunga! Hohohoo...

Akhirnya sesi dua pun tiba. Dan dengan luar biasa Mr. Paul Ang share tentang karunia bernubuat. Berikut resume yang disampaikan Ps. Paul Ang siang itu:










Luar biasa! Tak terasa waktu menunjukan pukul 18.00, dan roh saya pun recharged! Thanks God! Karena tidak ada tebengan, pulangpun kami naik angkot menuju spot yang dilalui bus Patas AC jurusan Pulogadung-Depok. Karena lama, saya dan teman-teman saya K'Jo, K'Laksmi, Yetti dan Nita pun 'nongkrong' di pinggir jalan. Sambil menunggu, saya gunakan kesempatan ini untuk share tentang sabat saya selama sebulan ini dengan pemimpin sekaligus mentor saya, K'Jo. Kira-kira setengah jam kemudian, bus yang ditunggu pun datang. Saya dan K'Jo terus ngobrol. Banyak hal yang saya diteguhkan. Dan saya selalu mengucap syukur dengan keberadaan orang-orang yang terus berdoa buat saya. Saya bersyukur saat ini saya dimentor K'Jo dan K'Dian (yang tadi pagi bahkan sms saya tentang pesan Tuhan yang dia dapat ketika pagi-pagi dia berdoa. Mengharukan bukan?). Ya, kalo bukan karena orang-orang yang berdoa untuk saya, mereka yang Tuhan panggil untuk terbeban untuk saya, bagaimana saya dapat bertahan sampai sekarang bukan?


Flp 1:3Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu.


Bandar Lampung, 22 Januari 2011

Ane punya SIM, gan!

Ya, walaupun sudah menjadi pengendara motor sejak 4 tahun silam, saya belum teregistrasi secara resmi oleh negara.

Sebenarnya saya ingin banget punya SIM, namun selalu ada berjuta alasan yang membuat hasrat itu tertunda. Apalagi kalo bukan rumor sulitnya mendapatkan SIM? Banyak opini bilang kalo sulit dapat SIM hanya dengan 1 kali tes. Kalo mau lancar, ya lewat jalur belakang. Tapi dasar saya yang waktu itu berhati nurani kenceng (Abis pulang dari camp ESC soalnya), it's a Big No No buat yang namanya nyogok aparat lewat jalur belakang. Sayapun selalu bertekad untuk one day dapetin SIM dengan cara murni. Termotivasi juga dengan pengalaman adik saya, Fendi yang pernah membuat SIM C di Daan Mogot dan langsung jadi dengan 1 kali tes tanpa harus nyogok!

Dasar saya orang sibuk, rasanya sulit sekali mengatur waktu untuk tes ke Daan Mogot dapetin SIM C. Selain shifting dari seorang mahasiswi menjadi Pegawai Negeri Sipil, dalam kurun waktu tersebut saya juga dimutasi ke KPP Teluk Betung, Bandar Lampung. Alhasil makin sulit untuk ambil tes SIM C di Jakarta. Sebenarnya ada opsi mudah, yakni ambil tes SIM di Bandar Lampung. Tapi kan saya tidak punya KTP Bandar Lampung. Saya tidak mau beralih dari KTP Jakarta ke Bandar Lampung, apalagi punya KTP ganda! Kan, ada ada aja alasan yang membuat saya untuk punya SIM.

Waktu pun berlalu. Sampai suatu ketika saya pun mendapat Surat Tugas hari Rabu-Jumat kemarin (19-21 Januari 2011) untuk membuar laporan SAI UAKPA di Kanwil (Satu gedung sebenarnya, cuma beda lantai). Dan.. Thanks God! Kerjaan saya sudah selesai di hari Kamis (tepatnya maksa ngebut supaya bisa ke Jakarta hari Jumatnya). Pulang kantor, saya pun memesan tiket Damri untuk keberangkatan jam 10 malam (dan sempat pula aerobik. hehee). Sebenarnya saya tidak biasa menunggu Surat Tugas (Wong jarang juga dapet) untuk bisa ke Jakarta di hari Jumat karena hampir setiap bulan absen saya diisin dengan keterangan PSW (Pulang Sebelum Waktunya) dengan konsekuensi tunjangan dipotong sebesar 1,25%. api berhubung TMT 1 Januari 2011 diberlakukan PP 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS  saya jadi berhati-hati dan berusaha dengan sangat untuk tidak PSW. Dan, thanks God! Surat Tugas datang tepat pada waktunya! Saya pun gunakan kesempatan emas ini untuk membuat SIM.

Hujan mewarnai Jumat pagi setiba saya di stasiun Gambir. Berhubung buat SIM harus datang pagi-pagi (dan ngejar jam sholat Jumat juga), saya mengatur waktu supaya mami saya datang menjemput di Gambir dan kami sama-sama berangkat ke Daan Mogot. Tapi emang dasar si Kubil (nama sebenarnya Hasan)! Supir yang akan mengantar kami ke Daan Mogot itu bisa-bisanya telat! Alhasil nunggu dia datang dan menjemput mas Debby (relasi ibu saya yang akan meng-guide kami membuat SIM) membuat jadwal berantakan. Kamipun mengganti spot untuk ketemuan di Mal Ciputra (karena hujan deras, saya pun naik taksi dan 25 ribu saya melayang. Hiks!)

Oia, saya lupa menjelaskan. Berangkat dari kegiatan saya sebagai orang yang super sibuk #uhuk!, dengan berat hati saya memutuskan untuk nembak SIM. Memang seperti berpindah prinsip dan menebalkan hati nurani, namun apa boleh buat. Kejadian jatoh dari motor yang terakhir kali saya alami beberapa hari yang lalu (dan sudah saya alami beberapa kali tentunya) meneguhkan hati saya bahwa saya harus punya SIM. Kan saya harus punya payung otoritas, yaitu pemerintah. Tapi herannya, saya memakai jalan belakang untuk dapat payung otoritas tersebut. Aneh memang. Tapi ya, ditambah lagi sehari sebelum saya berangkat membuat SI,M, pemandangan pagi hari waktu itu dihiasi dengan rombongan polisi yang bertengger di pinggir jalan yang biasa saya lewat (dan saya belum pernah liat polisi razia di sana). Makin kuatlah alasan saya untuk membuat SIM segera dan dengan cara instan pula. Sedih bercampur lega dengan keputusan yang saya ambil, saya pun komat kamit supaya Tuhan mengampuni cara saya. Oh, God bless me please!

Oke, sekarang lanjut ke cerita saya membuat SIM. Kira-kira pukul 10 pagi, akhirnya kami sampai juga di Ditlantas Polda Metro Jaya. Pertama-tama saya membeli formulir di loket dekat kantin dan membayar 20 ribu. Setelah itu saya masuk ke ruangan sebelah untuk tes kesehatan (tesnya cuma baca huruf yang ada di depan yang puji Tuhan karena mata saya normal, dapat saya lakukan dengan mudah). Untungnya lagi saya sudah membawa pulpen hitam dan pensil 2 B (padahal tidak sengaja saya iseng-iseng bawa). Jadinya saya tidak perlu mengeluarkan 3 ribu untuk membelinya seperti yang dilakukan oleh Bang Hasan (Ikutan bikin SIM juga karena SIM udah 5 tahun mati. Cakep!). Masuk ke gedung utama, Mas Debby pun ngobrol dengan polisi petugas yang kebetulan mengurus pembuatan SIM adiknya (lewat jalur belakang). Ngobrol-ngobrol, akhirnya keluarlah tarif yang berlaku: SIM A 550 ribu, SIM C 525 ribu. Alamak! Bisa buat beli tiket PP Jakarta-Singapore itu mah! Tapi yah, apa boleh buat.. Dengan berat hati saya keluarkan 10 lembar uang kertas berwarna merah dan menyenggol lengan mami saya (minta sisanya digenepin! Hehee). Yang kesian si Bang Hasan. Karena SIM B1 nya tidak bisa diperpanjang dan harus dibuat baru, ia dikenakan tarif 750 ribu! Sungguh ter..la..lu. Cerdiknya Bang Hasan menolak dan memutuskan menunggu pembuatan SIM saya di luar (yang akhirnya pas pulang diketahui Bang Hasan ketemu calo yang dengan bayar 300 ribu bisa perpanjang SIm tapi downgrade ke SIM A. Tapi katanya gapapa lah, toh dia ga bakal ambil trayek truk Bakauheni-Merak lagi! ~ becanda).


Dengan membawa lembaran formulir hasil tes (KTP saya baru dan belum di fotokopi lagi!), saya pun diantar ke guide yang akan membimbing saya melewati proses pembuatan SIM. Saya naik ke lantai dua dan masuk ke ruangan untuk mengerjakan tes tertulis. Di sini lucu deh! Pas saya seriusnya mengerjakan soal, si petugas mondar mandir sambil nanya saya sudah mengerjakan berapa soal. Ga cuma sekali! Rada risih, tapi ya sudah saya konsen ke soal saya. Dipikir-pikir soal tertulis tidak sulit. Tapi saya pikir pasti ada aja alasan supaya tidak lulus kalo tidak lewat jalur belakang (Astajim! Saya suudzon! #tepokjidat). Tiba-tiba si bapak nyeletuk; "Ya, Defi.. Uda mau jam 11, pengen cepet pulang kan?" "Iya, Pak", jawab saya. Siapa sih yang ga mau buru-buru foto, dapat SIM, dan terbebas dari perasaan-bersalah-karena-ga-punya-SIM ini? "Nah, itu dijawab cepat aja." "Maksudnya Pak?" "Ya, hitamkan aja semuanya asal.". Mikir sebentar dan akhirnya ngeh~ "Oh! Oke, Pak!" (sambil asal menghitamkan dengan pola jawaban A-B-C-D yang berbeda. Eh, si Bapak malah nyeletuk: "Udah, hitamkan saja semuanya huruf B ya Def.." Gubrak! Dasar emang kalo uda ada pelicin, proses uda kaya jalan tol! Sedih sebenarnya kok negara saya punya administrasi seperti ini. Tapi yah, saya tidak munafik kalo saya secara tidak langsung mendukung kegerakan mafia ini :(

Keluar ruangan, saya diantar ke lapangan tempat ujian praktik. Saya memang tidak akan test drive karena selain hujan, saya kan pake jalur belakang (bukan sombong nih). Guide saya yang bernama Pak Bahri menyerahkan uang 25 ribu. Katanya supaya saya kasih ke petugas untuk memperlancar proses. Geez! Yah, mau apa lagi. Saya toh sudah masuk ke perangkap mereka. Saya ikuti, dan bapak loket ujian praktek menyuruh saya ke loket 9. Hosh! Lumayan jauh juga tuh loket, saya pun disuruh ke lantai dua untuk input data SIM yang akan dibuat. Setelah itu balik ke loket 9 dan akhirnya ambil foto. Selesai foto, pergi ke loket 30 (Pusing dah bolak balik! Jadi inget pendaftaran tes STAN jaman dulu). Akhirnya.. Taaraaaa!!! Jadi deh SIM yang dibuat! Saya pun tidak melewatkan momen tersebut untuk eksis, langsung update status facebook:
Yeay! Finally after years, ane punya SIM gan! setidaknya resolusi yang tertunda terjadi juga di awal tahun 2011. Nice shot! Thanks, God! :D

Pulang dari Daan Mogot ke Bandara Soekarno Hatta untuk menjemput adik saya Fendi yang baru pulang liburan di Jogjakarta. Dan sebelumnya pun saya terima email kalo Visa Korea Selatan saya sudah di-approve! Oh, life's good! Thanks, Jesus! :)

Wednesday, January 19, 2011

My Soul

Gara-gara kejadian jatoh dari motor kemarin, saya jadi pingin carita tentang My Soul.


Pertama kali saya bisa naik sepeda motor waktu semester 5. Itupun awalnya karena hasrat untuk mengakhiri hidup sebagai anak kos (2 tahun kos di Jurangmangu). Pas banget waktu itu lagi jaman-jamanya motor matic. Iming-iming hadiah untuk adik perempuan saya yang tembus SMA unggulan (SMAN 28 Jakarta), ortu saya membeli Yamaha Mio Soul warna Silver. Walau judulnya hadiah untuk adik saya itu, kenyataannya saya yang terus menggunakannya. Cakep. Hehee.. Wong adik saya sampai sekarang belum berani bawa motor, yo wis saya yang bawa. Alhasil, my Soul itulah yang akan menjadi tokoh utama seiring kesetiaanya mengiringi perjalanan saya sampai sekarang.

Akhirnya dimulailah petualangan. Begitu motor inden datang ke rumah, saya pun diajari naik motor sama adik laki-laki saya. Kok adik saya yang bisa duluan? Karena dia laki-laki. *tanya kenapa* Kami berlatih di area lapangan jalan alternatif menuju gerbang tol Cibubur. Untunglah saya punya basic naik sepeda, jadi naik motor matic uda seperti sulap: Simsalabim! Langsung bisa! Hanya saja pastinya dibutuhkan beberapa penyesuaian. Dan latihan motor diakhiri dengan saya bonceng adik saya dari tempat latihan ke rumah. Beberapa hari kemuadian saya nagih. Kali ini tracknya lebih berat: dari rumah ke kampus! Saya pun membonceng adik saya yang bobotnya 78 kg itu dari Cibubur ke Jurangmangu. Alamak! Encok tuh pinggang! Tapi bersyukur juga, jadi siap untuk masuk ke semester 5 pulang pergi naik motor tanpa harus naik motor.

Fall from the motorcycle

Oh, tidak! Saya jatoh dari motor, lagi! :'(

Kejadian berawal dari motor saya yang minim bensin. Udah sore hari, mepet ama jam pulang kantor untuk finger print, saya ada jadwal aerobik pula abis pulang kantor! Alhasil walau cuaca tampak mendung saya nekad menembus segala keadaan. Tanceppp!!! Pom bensin sebenarnya tidak terlalu jauh dari kantor. Hanya saja medan yang dilewati rada riskan memang. Apalagi saya baru hitungan minggu untuk menaiki motor dinas yang 'bergigi', biasanya pake matic. Pas banget lah itu, baru beberapa meter dari gerbang kantor, tes! tes! Gerimis mengundang dan makin deras. Alamak! Seragam kemeja putih hari Senin yang saya pakai modelnya tembus pandang. Kalo kena hujan, kesenengan dong orang-orang yang liat saya di jalan. itu pikir saya. Akhirnya saya tancaplah gigi sampai maksimal. Gigi empat, medan tempuh tanjakan. Eh, hujan tiba-tiba deras dan tanpa sengaja mata saya menangkap beberapa pengendara motor berteduh di bawah motor. Karena alasan kemeja-tembus-pandang saya, kontan saya rem itu motor. Astajim! Roda motor ternyata keslibet dan BRAAKK!!! Motor saya jatuh, saya pun terpelanting! Sakit? Ga, sampai di kos baru kerasa sakit banget! Anehnya, saya pun sempat-sempatnya abis isi bensin, absen pulang kantor finger print, dan buru-buru aerobik. Sampai di kos saya amat-amati lagi luka-luka saya. Hiks! Mudah-mudahan ini sungguh yang terakhir kali. Amin.


Bandar Lampung, 17 Januari 2011

Saturday, January 15, 2011

1 Thn 5 Bln, Lampung (2)

Tibalah weekend yang dimaksud. Saya mengatur jadwal, yang kalau dipikir-pikir sepertinya kegiatan saya egois, hanya untuk diri saya sendiri. Saya bangun pagi-pagi untuk jogging (jam 5 pagi, dan sendirian!), kemudian lanjut berenang di kolam renang hotel Marcopolo (kebetulan tinggal jalan kaki karena lokasinya berhadapan jalan dengan lokasi kos tempat saya tinggal) bersama teman saya, Putri. Seru juga, kolam renang luasnya luas banget! (ada 3 kolam: 115 cm untuk belajar renang, 150 cm untuk profesional, dan kolam cetek khusus anak-anak). Karena kami datang di jam buka (jam 6 pagi), kami harus menunggu sebentar karena kolam sedang diberihkan petugas. Berganti pakaian, byur! Seger! Sambil pemanasan, teman saya Putri pun 'uji coba' karena katanya sudah 7 tahun ga berenang. Hehee.. Tak lama kemudian, datang seorang bapak yang tampaknya pelatih renang (dan memang pelatih renang!) dan memberikan kami masukan tentang teknik kami berenang. Oh, saya terbantu! Karena ternyata cara saya berenang totally ngasal! Haha!

Ngomong-ngomong tentang berenang, saya jadi ingat pertama kali saya bisa berenang pas kelas 2 SMA (uda tua baru bisa berenang. Huhuu). Waktu itu teman-temang 'geng' pulang bareng ngajakin berenang. Saya yang waktu itu tidak bisa berenang kontan menolak. Tapi entah dengan bujuk rayu atau pelet seperti apa, akhirnya mereka berhasil mengajak saya berenang. Akhirnya sepulang sekolah saya, Bako, Nia, Dento, Oneng, Pupuh, dan Crybon (Jangan tanya saya darimana nama-nama panggilan itu didapat karena semua terjadi begitu saja) pergi ke kolam renang Laguna Cibubur. Sial! Kolam renang penuh dengan pengunjung. Malu deh kalo ketauan uda gede gini ga bisa renang. Dan benar, seorang pemuda pun lewat sambil menggoda saya "Ga bisa renang ya?" Ish! Malu plus sedih. Pengen buru-buru bilas dan langsung pulang rasanya.

Untunglah teman-teman saya yang baik itu mengerti saya. Saya pun mendadak 'les renang'. Awal-awal ya itu, takut mati tenggelam. Lah, gimana bisa secara kolam hanya sedalam 150cm which is kepala saya pun bisa nongol kalo saya tenggelam. Saya latihan pernafasan, gerak-gerakin kaki, belajar ngambang, and you know what? Tidak sampai satu jam, saya bisa berenang dengan gaya katak (yang pastinya tidak sempurna)! Hore! Sejak itu saya ajak teman-teman saya itu berenang tiap minggu. Bahkan tidur pun mimpi berenang! Sampai teman saya bilang "Salah banget nih ngajarin ncek (panggilan saya) berenang, jadi nagih!" Haha! Sejak saat itu saya hobi berenang. Walaupun saya males banget yang namanya bilas dan bayar tiket masuk kolam renang!

Oke, jadi kembali ke kolam renang hotel Marcopolo. Setelah lama ngobrol, diketahui nama pelatih tersebut Pak Herman. Beliau pun cerita kalo bukan cuma anak-anak yang beliau latih. Bahkan pejabat-pejabat di Bandar Lampung pun pernah beliau latih. Wow! Manteb juga kedengarannya! Nah, secara teman saya si Putri ini sedang belajar berenang, tergiurlah dia dan mengajak saya untuk ikutan dilatih renang sama Pak Herman. Lah? Kalo dipikir-pikir ngapain saya belajar renang? Saya kan uda bisa renang. Tapi akhirnya saya sadar 'sepertinya' saya butuh dilatih. Mengingat kejadian lalu belajar 'asal' renang yang penting bisa. Benar saja, di tengah-tengah percakapan kami, Pak Herman menunjukan teknik berenang yang benar. Jadi malu sama gaya katak ngasal saya. Alhasil di tengah-tengah kegiatan berenang, saya dan Putri ngomongin jadwal berenang, jadwal stay di Lampung (duh!), bahkan jadwal beli baju renang! *lho?*

Tepat pukul 8.30 kami mengakhiri kegiatan renang. Wah, badan terasa enteng! Terus terang, saya jadi bangga hidup sehat yang saya jalani. Bagaimana tidak? Aerobik 2 kali seminggu, lari pagi 2 kali seminggu, ditambah berenang! Belum lagi tiap pagi saya makan apel dan siang konsumsi banyak sayuran (toksifikasi ala Defi). Tapi sayangnya semua tidak selalu berjalan mulus karena selalu saja ada godaan untuk kembali ke pola makan berantakan akibat cemilan bertebaran di tiap seksi kantor. Alhasil, walaupun saya sering olahraga keliling mengantar surat naik turun tangga, tetap saja lemak bertumpuk. Hihihii...

Pulang dari kolam renang, berhubung saya sengaja tidak bawa ganti baju dan hanya bilas rambut, tiba di kos saya langsung mandi. Abis itu? Cabcus ke kantor! Ya, memang ini rencana saya untuk menghabiskan waktu weekend di Lampung. Stay di kantor dan melakukan aktivitas-aktivitas menyenangkan. Salah satunya menulis blog ini! :)


p.s.: Di kantor saya ga cuma online kok.. Buktinya novel The Host-Stepahie Meyer punya Windah yang saya pinjam dari Putri berhasil saya lahap. Yup, 759 halaman dalam 1 hari! :D


Bandar Lampung, 15 Januari 2011

1 Thn 5 Bln, Lampung (1)

Seperti judul di atas, di sinilah saya selama itu (bukan ini). Sejak penempatan definitif menurut KEP-104/PJ.01/UP.53/2009 dari Direktorat Jenderal Pajak, Departemen Keuangan (sekarang Kementerian Keuangan) tentang Pemindahan Para Lulusan Program Diploma III Spesialisasi Akuntansi Pemerintah Sekolah tinggi Akuntansi Negara tahun Akademik 2007/2008 (Panjang bener yak!), terhitung mulai tanggal 17 Agustus 2009 saya berpindah dari kantor magang di KPP Pratama Menteng Dua ke KPP Pratama teluk Betung, Bandar Lampung. Pertama kali dapat pengumuman? Shock! Sedih sih sebenarnya karena saya sendiri sudah nyaman dengan ibukota tercinta, kota Jakarta, walaupun opini saya ini tergolong minoritas mengingat orang-orang lumayan 'sumpek' dengan kepadatan Jakarta (kalo gitu kenapa ga move yak? Heran..). Yah, nanti ada cerita tersendiri mengenai penempatan. yang saya mau share adalah bagaimana selama saya bekerja di kota Bandar Lampung ini, setiap weekend saya selalu pulang ke Jakarta. Setiap weekend? YA! Di Jakarta lah saya setiap hari Sabtu dan Minggu! Amazing kan?


Well, sebenarnya dalam kurun waktu setahun lebih itu saya pernah melewatkan 2 weekend di Bandar Lampung sih. Tapi itu semua bukan karena inisiatif saya. Pertama, itu terjadi pada tanggal 24 Juli karena surat tugas dari kantor untuk menjaga stand pajak yang digelar di acara Lampung Fair 2010 tanggal 23 Juli-6 Agustus 2010. Karena ada jadwal di dua weekend berturut-turut, saya pun mencari partner yang mau berganti jadwal supaya minggu depannya saya tetap bisa ke Jakarta. Alhasil, tanggal 24-25 Juli saya full bertugas di kompleks PKOR Way Halim tersebut. Weekend di Lampung jadi tidak terasa karena diisi dengan pekerjaan. Nah, weekend kedua di Lampung saya karena ada acara pernikahan keponakan saya. (Lho? kok keponakan mendahului tantenya? Iya, secara umur dia lebih tua dan hal ini dikarenakan ayah saya yang menikah tua dan baru punya anak setelah keponakannya menghasilkan keturunan. Manteb.).


Akhirnya, di sinilah saya sekarang. Melewatkan weekend pertama (secara de jure, karena dengan inisiatif sendiri) atau weekend ketiga saya (secara de facto, karena memang ini faktanya). Sebenarnya lucu juga karena banyak orang terkejut pas tahu saya ingin melewatkan weekend di Lampung (yang mereka tahu, saya memegang rekor selalu tidak pernah tidak pulang ke Jakarta. Wong libur kejepit aja saya tetap pulang ke Jakarta. Ajib kan?). Alasannya? Saya bilang karena hari Minggu ada undangan pernikahan dari Mas Rico, teman di KPP Pratama Tanjung Karang. tapi benarkah itu alasannya? Well, sebenarnya itu bukan alasan utama, hanya alasan pendukung kenapa saya memutuskan untuk weekend di Lampung (yang sebelumnya saya pun ngeri membayangkan kalo suatu saat saya mengambil keputusan seperti ini). :sigh:


Sabat. Keputusan saya ini ada hubungannya dengan Sabat yang saya ambil. Ini juga diteguhkan dengan masukan mentor saya, K'Johana untuk saya mengambil waktu stay di Lampung dan meluangkan waktu untuk fokus dengan Tuhan. Waktu saya dengar kata-kata beliau, saya bingung, kesal sih tepatnya. Kalo ditanya kenapa saya tidak ada hasrat meluangkan waktu di Lampung sebenarnya bukan semata-mata karena Lampung kurang modern dari Jakarta, atau kurang mal dan tempat hiburan, atau alasan lain. Tapi karena saya homesick. Saya kodependensi dengan keluarga. Ditambah lagi ayah saya belum terima Tuhan. Entah apa yang ada di pikiran saya, saya ingin memanfaatkan weekend saya untuk bertemu beliau, berinteraksi, sambil berharap kalo-kalo kasih Tuhan dapat dirasakan ayah saya melalui saya (itu yang saya harapkan). Dan terus terang saya kesal dengan masukan mentor saya (saya pun akui kepadanya seminggu lalu), karena masukannya kok seakan-akan jadi seperti mengatur saya. Harus di Lampung lah, jangan ke Jakarta lah. Well, sebenarnya respon saya ini menguak roh pemberontakan saya. Susah seharusnya saya ingat bahwa Tuhan pun berbicara melalui otoritas, bukan?


Saya pun menerima konfirmasi dari Tuhan bahwa memang saya harus meluangkan weekend saya di awal tahun 2011 ini di Lampung. Saya perlu mengeluarkan hal-hal yang tidak murni lagi untuk kembali diisi dengan sesuatu yang murni. Ya, saya jadi ingat bahwa Tuhan lebih mengasihi pelayan daripada pelayanan. Dan inilah bukti kasihNya: bahwa Ia lebih mengasihi saya sebagai pribadi, daripada pelayanan saya.




Bandar Lampung, 15 Januari 2011