Wednesday, November 23, 2011

Negeri Lima Menara

If UK has JRR Tolkien for his 'Two Towers', Indonesia has A. Fuadi for his 'Five Towers' then..
Agak telat memang kalo saya baru menyelesaikan dua dari trilogi novel Negeri 5 Menara. Sebenarnya di akhir 2009 saya sudah meminjam novel ini dari teman kantor saya. Namun karena introduction-nya banyak mengadopsi bahasa arab, saya jadi nanar. Saya pun mengembalikan novel yang belum selesai saya baca dan lebih memilih buku  pinjaman lain: The Naked Traveler 2 by Trinity.

Syukurlah beberapa minggu lalu ada diskon 30% di Eureka Depok. Entah kesurupan apa, saya pun membeli novel Negeri 5 Menara dan Ranah 3 Warna. "Novel bagus itu layak dibaca", pikir saya. Dan benar, setelah ujian D4 selesai, saya pun melahap kedua buku yang sungguh sangat menginspirasi hidup saya.

Dilatarbelakangi kisah nyata, Negeri 5 Menara mengambil tokoh Alif (A. Fuadi sendiri, si penulis) yang bercita-cita melanjutkan sekolah dari MTsN ke SMA dan ITB. Habibie adalah tokoh idolanya. Namun sayang, amak (sebutan ibu dari ranah Minang) justru ingin dia belajar agama dan akhirnya dia terdampar di Pondok Madani (Pondok Modern Gontor). Sebagai seorang eklektik, saya diberkati dengan nasihat dan pepatah Arab yang tertulis di dalamnya (bahkan saya jadi tertarik belajar bahasa Arab-rempong me! *meh*). Aarrggh! Rasanya ingin segera keluar dari kungkungan instansi ini dan merentangkan sayap ke dunia yang lebih luas. Hasilnya? Mantra ajaib 'Man Jadda wajada' pun menjadi quote of the month. Saya berjanji pada diri saya sendiri mulai saat ini saya akan bersungguh-sungguh mencapai mimpi yang saya punya. Sungguh, Allah Maha Mendengar. Amin.

Tuesday, September 27, 2011

Iman seorang Abraham

Saya sering bertanya-tanya: "Apa yang membuat Abraham begitu percaya kepada Tuhan sehingga ketika ia pergi dari tanah Ur ke tanah Kanaan, tempat yang belum pernah ia lihat maupun ia dengar?

Ketenaran Abraham sebagai bapa orang beriman dan sahabat Allah (Yak 2:23) sudah saya dengar kira-kira 6 tahun yang lalu, di tahun pertama saya sebagai seorang Kristen. Seiring dengan berjalannya waktu dan pertumbuhan iman, informasi mengenai Abraham sendiri banyak saya serap. Bahkan sampai akhirnya saya katam membaca seluruh isi Alkitab. Baik perjanjian lama maupun perjanjian baru, iman Abraham dibahas dan memang selalu membuat saya takjub membacanya. Bagaimana Abraham punya iman seperti itu?

Pertanyaan ini kembali muncul ketika saya backpacking di Australia. Sendirian saya telusuri bagian-bagian daerah di Australia dengan bermodalkan peta dan GPS. Tidak jarang pula saya bertanya dengan orang yang lewat ketika saya tersesat atau salah arah ke tempat tujuan. Sampai suatu ketika informasi yang saya terima dari satu orang ke orang lain berbeda. Yang satu bilang ke arah utara, satu lagi bilang ke arah barat, yang satu lagi bilang ke arah tenggara. Nah lho! Saya harus ikut yang mana? Saya perhatikan peta pun kurang jelas, dan sialnya koneksi internet di tablet saya error terus sehingga GPS tidak dapat berfungsi.

Hampir setengah jam saya telusuri sekeliling Central Station di Sydney. Karena sudah menjelang malam dan belum dapat hostel tempat menginap, saya berencana menuju Nomads Westend Backpackers hostel di Pitt street. Sebenarnya yang namanya nyasar itu sudah biasa. Tapi saat itu saya sudah kelelahan dengan 12 kg tas backpack di punggung dan 5 kg tas jinjing di tangan. Di tambah lagi saya belum makan, irit setelah kena penalti 70 AUD di Tullamarine airport karena kebijakan bagasi Tigerairways. Dalam kelelahan dan kekesalan saya (kesal karena ga ketemu tempatnya), tiba-tiba saya berpikir: "Kalau saya aja kaya begini, gimana Abraham?"

Pertanyaan yang saya maksud adalah bagaimana keadaan Abraham yang saat itu belum hadir kecanggihan GPS, peta, papan penunjuk jalan, apalagi orang yang ditemui (mungkin setelah berkilo-kilo meter baru ketemu orang untuk menanyakan jalan, dan ternyata harus putar balik karena salah arah?). Dan lagi, saat itu belum 'populer' yang namanya Tuhan seperti jaman sekarang. Wow!

Tapi apa respon Abraham?

Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lotpun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran. Abram membawa Sarai, isterinya, dan Lot, anak saudaranya, dan segala harta benda yang didapat mereka dan orang-orang yang diperoleh mereka di Haran; mereka berangkat ke tanah Kanaan, lalu sampai di situ.(Kej 12: 1, 4-5)


Setelah mendengar firman Tuhan, Abraham pergi! Saya kurang tau berapa lama dia berespon sejak mendengar suara Tuhan. Atau pernahkah ia merasa itu hanya suara lain yang ia dengar, atau untuk apa dia percaya toh kurang jelas juga. Apapun itu, alkitab tidak membahasnya. Dikatakan: Abraham pergi.

Saya jadi berhayal jika suatu saat nanti saya bertemu dengan Abraham. Saya ingin sekali bertanya apa yang membuat dia melakukan (sorry) hal gila seperti itu. Ga populer sekali. Dan saya harap Abraham memberi jawaban yang memuaskan kepada saya. Hehee..

Tapi saat ini, saat saya mengalami bagaimana tadi pagi setelah saya saat teduh saya diingatkan Tuhan untuk berdoa mengenai 'sesuatu', dan 'sesuatu' itu terjadi hari ini! Wow! Saya bersuka cita! Dan entah pewahyuan atau apa, seperti ada yang berbisik: "Apa yang membuat kamu berdoa seperti tadi pagi dan apa yang membuat kamu percaya?" Saya pun tersenyum sendiri: "Kalau bukan karena Tuhan, apa lagi?"

Well, mungkin Abraham akan menjawab seperti jawaban saya tadi. Mungkin.

Tuesday, August 30, 2011

Lebaran di Melbourne

Brrr..
Terbangun karena menggigil ga asik banget! Herannya, waktu saya ke Seoul kmarin sptnya lbh dingin drpd Melbourne pagi ini. Tp knp saya masih menggigil ya? Apa karna ga pake long john? Mungkin.
Akhirnya saya memutuskan ga mandi *lagi. Pukul 7.30 saya bersiap2 untuk sightseeing kota Melbourne. Dan lagi, saya harus ke Cit library mengembalikan buku yg saya pinjam kemarin *yg ga selesai saya baca pastinya. Menuju Moreland road, saya pun sarapan di Julian cafe perempatan jalan. Saya memilih menu sandwich tuna dan cappuncino. Di Jkt jarang2 minum cappucino dan sejenisnya. Tapi di Melbourne, sptnya minuman kopi hangat sperti ini sudah seperti minum air mineral. Wajib hukumnya :p
Karna kemarin saya hanya membeli tiket untuk 2 jam, saya pun membeli tiket hari ini di toko terdekat yang menjual Metcard. Kali ini saya membeli daily pass karna seharian ini saya memang akan berkeliling kota Melbourne. Trem yang ditunggupun datang. Sampai di Flinders station, saya menuju City Library dan mengembalikan buku-buku yang saya pinjam *tinggal cemplungin ke kotak yang disediakan khusus pengembalian.
Hmm.. Saya jadi bingung mau mulai dari mana. Ada banyak tempat menarik yang akan dikunjungi. Tapi setelah membaca brosur tentang event di Melbourne, sepertinya akan sayang kalo melewatkan momen hari ini. Ya, it's Melbourne Day! Dan bakal ada Official Raising Flag Ceremony di Enterprize Park jam 10 pagi ini! Oke, saya harus ke sana!
Enterprize city tidak jauh dari Flinders station. Karena itu saya memutuskan berjalan kaki sambil menghirup udara segar kota Melbourne di pagi hari. Setengah sepuluh. Dan ternyata lapangan pinggir taman dibiat tenda untuk acara hari ini. Ada para petugas yang sedang latihan marching band. Dan akan ada peluncuran bom! Woohoo!
Acara dimulai tepat pukul 10 dan dihadiri beberapa pejabat, anak2, dan pastinya pers. Wah, saya berasa diundang ke acara resmi pelantikan perdana menteri Australia! *lebay :p Acara sambutan pun diberikan oleh walikota. Selama 169th kota Melbourne berdiri, walikota mendeskripsikan kemajuan2 yang terjadi di kota Melbourne. Acara dilanjutkan dengan persembahan lagu kebangsaan Australia dari youth choir. Lagunya enak, easy to listen! Tanpa sadar sayapun ikut menyanyikan lagu yang mudah dihapal itu. Acara pun ditutyp dengan kenaikan bendera oleh pejabat dan ditutup dengan party.
Saya kira party yang ada hanya untuk tamu yang diundang. Ternyata saya saya *thanks God! Saya pun menyusup masuk dan menerima cupcake pink cantik bertuliskan Happy Melbourne Day. Ada juga barista yang siap membuat kopi sesuai pesanan. Saya memesan vanilla latte. Seru banget! Dan asiknya dapet sarapan gratis! Hihii..
Saya pun melanjutkan perjalanan. Jali ini saya mencoba city circle tram. Melewati Docklands, Etihad stadium, Flagstaff Gardens, Royal Historical Society of Victoria, dan Hellenic Museum! Oh, I love this pne! Banyak hal tentang peradaban Mesir kuno dan saya puas berkeliling! Lanjut berjalan melewati RMIT university, Old Melbourne Gaol (atraksi tentang penjara, sayangnya masuknya bayar), dan saya menemukan toko buku yang sedang sale! 1A$ for each, dan saya langsung borong 4 buku! *sbnrnya pgn.lebih, tp mikirin bagasi.
Melewati Lygon street, Christian Capel, saya akhirnya tiba di Carlton garden yang berarti tiba di Royal exhibition.buildings! Ga berhenti saya tercengang dengan keindahan kota ini. Dan sayang, kamera pocket saya sangat terbatas untuk mengabadikannya (dan saya sendiri terbatas memotret diri saya sendiri). Tak jauh dr sana ada Melbourne museum dan IMAX.
Kembali melanjutkan city walk tour ala saya sendiri, saya pun ke St. Peter's Anglikan Church dan St.patrick church. Di sini saya bertemu dengan orang tak dikenal yang menawarkan diri memotret saya di depan gereja. Kami pun berbincang2. Dia bercerita bagaimana nyamannya tinggal di Melbourne dan vertanya kalau2 saya tertarik pindah ke Melbourne. Wah, perkataan yang menarik! Setelah berbincang entah kenapa saya jadi berpiir untuk keluar dari PNS dan pindah menetap di Melbourne! Haha!
Di dekat gereja ada toko buku dan saya membeli 2 buku yang sedang sale (cuma setengah dolar!). Saya pun kembali berjalan dan sengaja mencari Parliament of Victoria. Mungkin melihat saya yang lama bergelut membaca peta, seorang cewe bule mendekati sya dan menawarkan diri untuk.memberi bantuan.oh, baiknya! Dia pun menunjukkan bahwa Parliament of Victoria ada di arah selatan. Setelah saya tiba di Parliament of Vic, saya menuju Chinatown dan kembali.menyusuri jalan CBD yang kembali penih dengan orang-orang yang pulang kerja.
Tiba-tiba.. Kruyuukkk.. Oke, saya butuh makan. Awalnya saya berniat ke Hungry Jack. Tapi melihat Subway di depan Flinders station, sepertinya saya ganti haluan. Dengan.paket 5,95 dolar saya memilih roti, isi, salad, bahkan saosnya! Selesai makan, saya pun bersiap naik tram no 19 menuju Univ of Melbourne.
Ada apa dengan Univ of Melbourne? Saya bakal ikutan kuliah umum bareng mas Arie dan mbak Nada! Nyusup ikutan kuliah mikro ekonomi. Hihii.. Bertempat di Art west, kami duduk di paling belakang kelas panggung itu. Karena tidak diabsen, makanya mas Arie berani bawa.saya masup. Pukul 18.30 kelas dimulai. Hari itu sedang belajar mikroekonomi tentang how to maximize your profit dengan metode. Untung kuliah dulu dapet mikro. Adik juga ngikutinnya. Hehee.. Saya pun berkenalan dengan beberapa teman yang dari Indo (ada yg dari DJP jg bok!). Setelah 45 menit, ada coffee break. Disediakan kopi, teh, dan biskuit GRATIS! Tidak melewati kesempatan, saya pun langsung menikmati hidangan yang disediakan. Hehee.. 10 menit kemudian kelas dilanjutkan dan selesai pukul 20.30. Karena Mas Arie melanjutkan kelas tutorial, saya pulang dengan mbak Nada yang janjian dengan temannya Aing. Malam ini mereka akan masak2 untuk acara lebaran bersama di kampus besok pagi. Yeay!

Monday, August 29, 2011

Jatuh cinta dengan Melbourne!

Saya terbangun pukul 4 subuh waktu Darwin. Semalaman tidur di kursi lobby bandara Darwin tidak memberi tidur yang berkualitas memang. Cuci muka dan berganti pakaian (tanpa mandi), saya pun check in di mesin self check-in Jetstar untuk flight JQ62 tujuan Melbourne-Tullamarine. Setelah melewati screening, saya bergegas ke gate 4A. Lucunya, setelah melihat tulisan 4A, ada pintu di sit dan saya berusaha masuk dengan menekan tombol. Ternyata kita harus menunggu petugas dulu saat boarding untuk masuk ke pintu itu! Pantesan bule2 pada ngeliatin saya yang dengan pedenya berusaha melewati pintu saat menekan tombol. Bikin malu! X_x
Pukul 06.45 boarding, dan saya masuk ke pesawat Airbus A310 di kursi 22A. Karna waktu tempuh cukup lama, saya pun memutuskan untuk tidur selama penerbangan. Empat jam sepuluh menit berlalu, saya tiba di Tullamarine (beda waktu setengah jam lebih cepat dari Darwin, atau 3 jam lebih cepat dari Jakarta). Seperti biasa saya langsung menuju pusat informasi untuk bertanya atau mengambil brosur yang diperlukan selama perjalanan. Selain dengan taksi, dari bandara menuju pusat kota bisa ditempuh dengan Skybus (skybus.com.au) yang berangkat setiap 10 menit 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Untk sekali jalan harganya 16 A$, dan kalo beli return lebih murah, yakni 26A$. Saya beli tiket returns. Perjalanan dari bandara menuju Southern Cross station (end point Skybus) adalah 20 menit.
Mengingatkan kembali, saya tidak punya itinerary wajib yang harus dilakukan. Palingan nanti malam saya harus ke Moreland Road, Brunswick, uniy senior saya yg sedang S2 karena saya numpang menginap di sana. Saya pun menuju information center dan memutuskan sightseeing dengan Frer Melbourne City Tourist shuttle. Begitu keluar Southern cross station bbbrrr! Dingin euy! Tapi yang pasto saya terpana. Gedung-gedung klasik dengan gagah berdiri menawan hati saya. Karena kebetulan saat itu sedang istirahat siang, srpanjang jalan saya melihat orang-orang kantoran lalu lalang keluar masuk satu toko ke toko lain. Dan wow! Trem! Sooo classic! Dalam waktu sepersekian detik, kota ini mempesona saya. Saya langsung jatuh cinta dengan kota Melbourne!
Menyusuri Collins street, saya mencari titik pemberhentian free vus service, namun tidak ketemu. Saya ga ngeh kalo sebenarnya saya bisa naik city circle tram, trem gratis yang akan membawa saya keliling kota.
Kruyuukk..
Saya baru ingat belum makan seharian. Bingung juga mau makan di mana. Di salah satu sudut saya melihat orang keluar masuk food court. Yang namanya food court, pasti lebih murah daripada toko makanan independen. Pikir saya. Setelah masuk, dugaan saya ternyata salahb makanan di sana rata rata belasan dolar! Saya pun memilih paket yang paling murah: pasta. Ada banyak pilihan makanan di sana. Apalagi makanan Asia seperti Chinese food atau Thai food. Tapi masa iya jauh-jauh ke sini saya makan yang kaya begitu? Saya memesan seporsi pasta ukuran kecil. Tapi benar2 di Oz porsi makanan serba besar. Saya yang biasa perut karet di Indo aja sampe ga abis makan sepiring pasta porsi small! Tanpa membuang waktu, saya melanjutkan perjalanan saya. Melewati Melbourne aquarium, Enterprize park, Kings bridge, Crown entertainment complex, saya pun akhirnya menyadari berkeliling kota dapat ditempub dengan berjalan kaki. Semua tampak befitu jelas dan mudah dibaca dengan peta. Melewati Melbourne exhibition centre dan menyerangi Yarra river melalui Spencer bridge, saya masuk ke Immigration museum. Saya suka keluar masuk museum dan melihat bagaimana suatu kota menyimpan sejarah suatu hal. Keluar dari immigration center, saya baru sadar saya sudah di Flinders street. Berarti sebentar lagi saya bisa sampai ke Flinders street station yang terkenal itu! Dan benar! Hiruk pikuk orang berlalu lalang di depan stasiun dan saya sampai di Melbourne Visitor center yan berada tepat di depan Flinders station. Oh my! Seru bgt tempatnya! Berbagai brosur n pamflet terpampang dengan rapi. Daya mengutak atik touch screen yang ada. Keluar nomor antrian! Kirain spt touch screen yang ada di kantor pajak berisi informasi. Ternyata itu untuk mengambil nomor antrian konsultasi. Dan tak lama kemudian nomor saya dipanggil! Untunglah saya punya pertanyaan penting. Saya pun bertanya bagaimana caranya supaya saya bisa sampai ke alamat unit teman saya yang ada di Moreland road., Brunswick. Dengan sabar dan detil, bapak-bapak tua yang bertugas memberi tau nomor trem yang harus saya naiki. Saya pun membeli Metcard untuk 2 jam. Oia, untk transportasi di Melbourne, semua terintegrasi dengan Metcard/Myki. Saya berkeliling melihat souvenir. Kebetulan Tab dan BB saya mati. Semua karena saya tidak teliti karena membawa colokan untuk S'pore dan sejenisnya, ga applicable untuk colokan di Oz ato NZ. Karena minimnya free wiFi, saya pun ke internet cafe dengan membayar 2A$ untuk 10 menit pemakaian internet (mahal bgt! Huhuu). Dan lucunya, saya nambah untuk 10 menit berikutnya!
Dari visitor center, saya menyeberangi Flinders street dan masuk ke St. Paul church. Bagus banget! Sayang saya jalan sendiri, kalau tidak pasti puas banget foto2 (ga mungkin kan tiap pengen foto minta tlg org lewat? Bakal brp org yg gw minta coba?). Selesai puas berfoto ria di St.Paul church, saya penasaran dengan City library yanv tidak jauh dari situ. Ternyata cukup dekat dan wow! Asik banget! Buat pecinta buku kaya saya,masuk ke City librarydi Melbourne bagaikan ke surga! Buku-buku mulai dari fiksi non fiksi, untuk belajat bahasa, memasak, novel, sejarah, bahkan sampai CD dan DVD ada dan dapat dipinjam gratis. Saya berkelilibg sambil ngiler membayangkan kalo saya jd Melbournian. Entah kerasukan apa, saya datangi petugas dan bertanya apakah saya boleh jadi member? Tnyata bisa! Yeay! *nari kecak di tempat.
Yang perlu sayalakukan hanya mengisi registrasi di layar komputer seperti mendaftar email. Setelah itu saya harus mencatat nomor register yang harus saya berikan ke help desk dan dalam hotngan detik: viola! Member card saya langsung jadi! Hore!
Berhubung saya tidsk bisa menunjukan bukti rekening koran atau apapun yang memberikan info keuangan saya, saya hanya dapat meminjam 2 buku per hari. Tapi kalo bisa? Saya bisa pinjam sampai 50 buku! Tiap buku dipinjam untuk sehari dan dapat diperpanjang melalui online. Kalo terlambat ada denda 1,3 dolar per buku per hari. Saya pun tidak membuang waktu dan karna kalap juga akhirnya saya mengambil satu buku toeic dan satu novel. Senangnya! Berasa jadi Melbournian! Bayangin kl saya jalan jalan ikut tur. Mana mungkin bisa begini? Hehee
Karna waktu sudah hampir gelap, saya memutuskan untuk mengakhiri sightseeing hari itu dan bersiap menuju rumah teman saya. Kalo uda gelap, makin gaswat nyasarnya cyiinn.. Saya pun menuju tram shuttle deoan Flinders station. No 19. Ternyata Moreland road ada di stop no 28. Dan sedihnya tidak semua stop ada tulisan nomor pemverhentiannya! Oke, saya menghela nafas dan berdoa. Percaya sama yang di atas def. Everything's gonna be alrighy. Tram melewati Swanston streey dan Univ of Melb. Oh my! Turun di mana ini? Mendekati subway jalanan makin sepi. Untunglah mata saya aws dan saya mrlirik ke salah satu plang toko bertliskan moreland road. Saya berhenti di stop beriutnya. Sambil meligat peta, saya bertanya di mana nomor alamat yg daya tuju. Ya kali mereka tau, rata rata ga apal.juga! Saya pun telusuri setiap jalan danlega mendapati angka yang hampir sama seperti yang saya tuju. But wait! Di mana 122? Abis 121 kok 123? Ya ampun, tnyata untuk angka genap ada di sudut kanan dan ganjil di sudut kiri. Depi depiii.. Saya pun menyeberang dan ternyata angka tersebut sudah lewat kauh. Huha!
Pintu terkunci dan saya tidak tahu bagaimana caranya untuk masuk. Ga ada bel pula! Untunglah ada telepon umum. Tp hrs pake Telstra card! Makjam! Untunglah sy menyisakan beberapa persen sisa hidup Tab saya. Dan sambil berharap kartu Telstra di Tab saya sudah dpaat figunakan, saya menghubungi mas Arie. Eh, nyambung! Syukurlah! Mas Arie sedang kuliah ternyata. Untung istrinya, mbak Ayu ada di rumah. Dan saya sampai di tempat saya bermalam selama saya di Melbourne. Yeay!

Sunday, August 28, 2011

Mengelilingi kota Darwin

Tiga jam saya tidur terlelap di pesawat. Tiba di Darwin pukul 06.30 (2,5 jam lebih cepat dari Jakarta) dengan suhu 20 derajat. Imigrasi di Australia tergolong lancar. Kurang daro 5 menit, saya keluar dari terminal kedatangan internasional Darwin airport.
Saya menuju toilet untuk berbenah diri (karena seharian ga mandi). Setelah it saya menuju visitor booth dan mengambil 1 booklet yang menurut saya lengkap dan cukup menjadi guide saya 1 hari full. Saya bertanya tentang public shuttle bus tjuan Darwin city. Seperti yang dijelaskan, saya harus melewati car parking. Tapi kok ga ada tanda-tanda shuttle bus? Sebelum saya memutar balik, saya bertemu dengan seorang wanita yang ternyata dia juga sedang mencari shuttle bus! Ok, kita sama! *toss dulu ah! Tak jauh dari situ ada sepasang kekasih sedang duduk2 di atas tanah. Kami pun bertanya dan ternyata shuttle bus hanya ditandai tidak lebih dari 1 palang besi yang tertancap di tanah! -,-
Seperti penjelasn petugas sebelumnya, bus akan tiba pukul 8.20. Masih harus menunggu 1 jam lagi. Saya pun ngobrol dengan wanita yang saya temui tadi. Namanya Sarah, 28th, asal Jerman. Sebelum ke Darwin dia menetap 4bln di Lombok dan bekerja di sana sebagai manager restoran di sana (dan bahkan akhirnya punya kekasih orang lokal!). Ini tahun ketiganya setelah dua tahun traveling ke negara2 Asia seperti Vietnam, Thailand, dll.
Bus yang kami tunggu pun datang (nomor rute 3). Di Darwin tarif bus adalah 2A$ untuk perjalanan selama 3 jam, 5A$ untuk perjalanan selama sehari, 50c untuk manula, dan 15A$ untuk perjalanan selama seminggu. Karna pas di Indo saya hanya punya pecahan 100A$ dr Indo, saya pun membayar dengan pecahan tersebut. Sarah juga mengalami hal yang sama dengan saya. Ternyata si supir tidak punya uang kembalian (kl kata supir angkot di Jkt: "baru narik saya neng"). Untnglah si supir maklum dan mengijinkan saya naik bus. Sekitar 15 menit kami pun sampai di interchange Casuarina.
Kami menunggu bus yg dijadwalkan tiba pukul 8.50. Bus datang dan berangkat seperti jadwal dengan simpangan akurasi 5menit, sehingga segala sesuatu menjadi lebih mudah untuk saya. Bus no 10 tujuan Darwin city pun tiba. Apesnya, saya lupa uang saya masih dalam pecahan besar. Jadi tidak heran untuk kali ini saya, Sarah, dan 1 org traveler wanita yg ternyata juga berasal dr Jerman, harus 'diusir' oleh supir bus untuk menukar uang dengan pecahan kecil. Kami pun masuk ke Casuarina Square Shopping Center (bangunannya terintegrasi dengan terminal) dan untungnya pagi itu ada toko yang buka dan dengan baik hati seorang ncik2 bersedia menukarkan uang kami dengan pecahan kecil (tanpa kami harus membeli produk).
Sukses mendapatkan uang pecahan kecil, kami menunggu lagi bus dengan no rute yg sama pukul 09.20. Bus datang, saya pun menyerahkan uang lembaran 5A$ dan minta beli daily ticket pass. Tapi entah si supir ga ngeh atau menggeneralisasi semua penumpang, saya nalah dikasih tiket untk 3 jam dan dikrmbaliin uang 3A$. Yasudlah. Kertas kuning tertulis tanggal dan jam saya naik bus pun diberikan. Darwin memang kota yang sepi (dan saya rasa visitor lah yang bikin ramai). Rumah yang dilewati bertipe kuno seperti di film2 jaman dulu spt Kiss me, dll). Seperti yang saya bilang, saya tidak punya itinerary khusus dan jujur saya tidak tahu mau turun di mana. Tapi biarkanlah insting wanderlust saya bekerja.
Dan benar, setelah mata saya melihat gedubg Visitor Information Center, saya pyb turun di pemberhentian selanjutnya (yang ternyata memang pemberhentian terakhir bus tsb, yaitu Darwin City).
Dengan backpack msh di punggung, saya langsung berfoto ria di dpn Brown's Mart, tempat pertambangan yg beralih fungsi mjd teater. Ternyata ada rombongan kwluarga juga dr Indonesia. Di sekitar banyak spot berdekatan untuk dikunjungi seperti Town Hall ruin, State Square, Christ Church Cathedral,Darwin Waterfront, dan Civic Square. Karena hari semakin panas, saya numpang ngadem di Visitor Information Center. Banyak pamflet dan info yg ditawarkan, bahkan paket tur yg tersedia! Petugas pun siap menjawab. Wah, ternyata pikiran saya selama di Indo ttg minimnya info mengenai wisata di darwin salah besar!
Berhubung free wiFi sgt jarang, saya berniat membeli simcard yg applicable dengan Tab saya. Sesuai rekomendasi teman, saya membeli prepaid simcard Telstra di The Mall. Herannya, untk hal ini saya ngantri hampir 1 jam!
Setelah Simcard terpasang dan bisa eksis di dunia maya, saya mengunjungi Crocosaurus Cove. Tiketnya mahal dan menurut saya ga worth it :(
Dari situ saya mengunjungi Chinese temple n museum. Sesuai rekomendasi teman, saya mengunjungi Mindil beach sunset market yang buka dari jam 4. Di sini saya dilema karena jam menunjukan pukul 3,tapi saya juga mau mengunjungi Museum and aet gallwry of the NT yg terletak dekat Fannie Bay. Belum makan seharian, saya membeli burger isi daging buaya dan smoothies mangga. Bus sampai di bandara dan saya tidur menunggu flight esok pagi untuk ke Melbourne yang akan berangkat pukul 07.15

Saturday, August 27, 2011

Transit di Bali, menginap di bandara Ngurah Rai

Belum packing
Belum bikin itinerary
Belum ngumpul passion traveling

Apa yang terjadi dengan saya? Entahlah. Tapi satu hal yang pasti selama 8 hari ke depan mulai hari ini saya akan mengeksplorasi 4 tempat tujuan wisata (Darwin, Melbourne, Sydney, dan Bali). Malam sebelumnya saya cukup lelah dan tidak fokus untuk menyusun itinerary. Ditambah lagi teman saya (Dento) yang berencana akan pergi bersama saya menyatakan undur diri (baca: cancel) 2 hari sebelum keberangkatan. Ha! Antara senang dan sedih. Senang karena akhirnya 'my wishy washy friend' bisa ambil keputusan berdasarkan prioritas: lebih memilih lebaran bersama keluarga daripada backpackin ke luar negeri. Selain itu akhirnya saya bisa merasakan sensasi solo backpacking (Well, dulu juga pernah sih waktu ke Phuket tapi cuma 3 hari, dan di sana ketemu teman dari Indo juga. Alhasil, sensasi kurang berasa). Sedihnya karena ngebayangin kerugian yang dialami teman saya (tiket2 yang udah dibeli dan permohonan visa yang diapprove). Udah gitu, siapa dong yang bakal foto saya selama backpacking? (dilema solo backpacker) *sigh

Well, whatever it is, the show must go on. Bangun pagi, setelah doa dan saat teduh, saya pantengin layar laptop berusaha mencari info mengenai Darwin. Ya, di antara 4 tempat yang akan dituju, saya minim info tentang Darwin. Sebenarnya ga separah itu juga. Ada beberapa info dari website resmi Darwin and the top end Australia. Ada juga rekomendasi dan share perjalanan tentang Darwin. Tapi tapi.. Oke, saya dilema karena hanya punya 1 hari di Darwin! Ditambah lagi pemberitahuan menjengkelkan dari Airasia tentang delay keberangkatan dari pukul 23.50 jadi 02.20 (next day) sehingga sampai di Darwin yang harusnya jam 4 jadi jam 6.30. Padahal saya tertarik ikut tour Kakadu National park (harus pake tour karena 3 jam dari Darwin dan tidak ada akses umum ke sana selain carter mobil 4WD atau ikut tour). Grrhh..

Untuk menuju Denpasar tempat saya transit, saya naik Garuda Citilink A080 pukul 11.45. Dan pesawat delay 2,5 jam pula! Tiba di Denpasar (dengan waktu 1 jam lebih cepat dari Jakarta) pukul 16.30 WITA. Aduh, kumaha iye? Rencana keliling Kuta dan Seminyak saat transit pun batal. Lebih baik stay di bandara: save energy, save money. Selamat menjamur di bandara! (10 jam book!)

Ok! So, what should I do now? Cari terminal keberangkatan internasional! Ternyata mudah dan tidak terlalu jauh. Keluar dari terminal kedatangan domestik belok kiri, ikuti petunjuk, sekitar 300 meter sudah sampai di terminal keberangkatan internasional. Saya belum bikin itinerary untuk ke Bali, sama sekali! Dan ironisnya, setiba saya di bandara ini tidak seperti kebanyakan bandara yang banyak menyediakan pamflet parowosata dan turnya, di Denpasar pamflet kebanyakan penawaran rental mobil! Ahaha! *ketawa+miris. Rata-rata menawarkan rental per 5-6 jam, dengan supir dan bbm seharga 250-350rb. Tergantung tipe mobil. Mudah-mudahan ada yang tersindir dengan blog saya ini dan melalukan perubahan yang lebih baik *no offense ;)

Sejenak setelah mengaktifkan kembali Blackberry saya, ternyata ada mention.twitter dari @milkayeanne. Dia menjawab pertanyaan saya tentang Darwin karena dia baru pulang dari Darwin 2 minggu lalu dan 6 hari di sana! Happy me! Serunya media twitter memperts

Dan saya pun haus. Nama boleh keren, naik Garuda. Tapi yang citilink cyiin.. Which means budgeted airlines, ga dikasih aer ama roti yg kaya biasa itu. Huhuu.. Gara-gara penasaran nyari terminal keberangkatan, saya melewati Alfamart yang persis di pintu keluar sebelah kanan terminal kedatangan domestik. Alhasil saya membeli aqua (3.500 IDR) dan roti coklat (7.500 IDR) di Circle K *mahal cyiinn.. Melipir di pinggiran, duduk mojok sambil menikmati makanan, saya pun browsing dengan Tab kesayangan.

Tidak terasa sudah 2 jam, perut pun menjerit minta sesajen. Saya memutuskan makan di Dapoer. Terpancing harga termurah yang dipampang di depan, saya memilih gado-gado (tertulis 14.000 IDR, tapi ternyata pake lontong jadi 19.000 IDR)dan kelapa utuh (8.000 IDR). Kembali browsing, bbm-an, twitteran (social networkin does help!).

Tiga jam sebelum keberangkatan saya check-in dan menuju gate 9. Ternyata banyak juga penumpang budgeted airlines yang rela menunggu oesawat di jam abnormal demi harga tiket yang murah seperti saya. Jam menunjukkan pukul 1 dini hari. Mau tidur, tanggung. Takut ketinggalan pesawat saking pulasnya. Kalo ga tidur, ngantuk sangat. Bersyukur ada twitter yang menyatukan orang2 yang masih on jam segitu. Saya pun tetap terjaga sambil bergurau dengan teman2 saya di twitter. Tepat pukul 02.20, Airasia QZ 8236 pun terbang dan saya tertidur lelap.

Monday, March 21, 2011

Malaysia (2)

Grreekkk... Greeekkk... Grreeekkk....

Entah suara apa itu dari luar hostel, tapi yang pasti cukup berisik untuk membuat saya terbangun dari tidur. Pukul 6 pagi. Dan Kuala Lumpur masih gelap. Kebetulan saya ingat jadwal breakfast gratis yang disediakan hostel dari pukul 7 sampai 10. Jadilah saya berusaha tidur lagi. Lumayan, 1 jam.

Alarm Blackberry saya berbunyi di pukul 7. Dengan enggan saya bangun dan bersiap mandi. Puji Tuhan badan terasa lebih segar. Manjur juga pijatan adik saya Vina sepertinya. Saya dan adik-adik saya akhirnya turun (saya dan Vina di lt 3, Fendi di lt 2) untuk sarapan. Saya menyantap roti tawar dengan selai kacang dan teh manis hangat. Adik-adik saya tampaknya lebih memilih corn flakes dengan susu segar. Sedap! *percayalah, kata ini selalu keluar untuk makanan gratis, soal rasa nomor sekian.

Tiba-tiba saya teringat: Oh iya! Saya kan janjian dengan teman STAN saya yang bekerja di DJBC Batam! Well, singkat saya ceritakan tentang teman saya: Indra Prasetya Nugraha. Menuntut ilmu di tempat yang sama tidak menjamin kita mengenal semua teman, apalagi angkatan saya di STAN spesialisasi Akuntansi sampai 20 kelas yang rata-rata 40 mahasiswa! Beberapa setelah lulus, teman saya ini add me as a friend di facebook. Prinsip saya, kalo orangnya tidak saya kenal tapi ada banyak mutual friend pasti anak STAN, dan pasti saya approve. Jadilah suatu waktu teman saya Indra menyapa di facebook dan kami saling kenal karena satu hal yang nyambung: traveling. Nah, berhubung kami kenal lewat facebook saat kami sudah penempatan kerja (saya di kantor pajak Bandar Lampung, dia di bea cukai Batam), jadilah kami berjumpa di hostel Equator. Haha! Lucu juga ternyata kalo baru ketemu, padahal sudah banyak diskusi via dunia cyber.


Flight kami kembali ke Jakarta nanti sore pukul 17.30. Berhubung hostel mengijinkan kami check-out sampai pukul 12 malam, awalnya saya berencana untuk keliling daerah Petaling street (daerah pecinan di KL) dan Bukit Bintang (shopping area di KL)dulu baru kembali lagi ke hostel untuk check-out. Tapi dipikir-pikir rasanya tidak efektif jika kami harus kembali lagi ke hostel. Jadilah kami check out pukul 9 pagi. Kebetulan teman saya, Indra dan ketiga temannya yang lain juga akan check-out. Sebenarnya ingin banget bareng ke Batu Caves bareng teman-teman Indra (Indra sendiri akan menyusul setelah bertemu dengan teman Malaysia nya). Tapi berhubung kami belum beli titipan ortu (ragam jenis snack malaysia), jadi kami batal untuk pergi bareng. Hiks!

Dengan monorail saya menuju stasiun Pasar Seni dan tiba di Central Market. Tempat yang dikenal sebagai jejeran pasar sejak 1888 itu ternyata dibuka untuk umum mulai pukul 10 pagi. Ternyata benar info yang saya dapat dari milis: Kuala Lumpur mengawali hari terlalu siang. Akhirnya saya dan adik-adik saya berputar jalan ke Petailing Street yang tidak jauh dari situ. Ada beberapa toko yang sudah buka. Tapi sayangnya kami tidak tertarik dengan barang-barang yang dijual. Kalaupun ada, mungkin rumah makan prasmanan yang menyediakan  nasi campur dengan berbagai jenis daging (mulai dari babi, bahkan kuda!). Tapi kami membatalkan niat tersebut dengan alasan kesehatan. Berhikmat bukan? Hehee..

Sarapan di hostel tampaknya kurang 'nampol' untuk perut Indonesia kami. Akhirnya, sambil menunggu Central Market buka jam 10, kami pun mampir di KFC. Satu porsi nasi lemak (paket sarapan edisi KFC Malaysia) untuk tiga orang. This is the real Chinese! Haha!

Tepat pukul 10 Central Market dibuka dan kami pun masuk. Alamak! Kok cuma begini? Deretan toko souvenir berjejer dengan lantai dua diisi toko-toko pakaian. I'd rather be at Mangga Dua! Haha! Tapi ada satu toko yang menjual buku-buku bekas. Beberapa novel terbaru, tapi selebihnya novel dan buku lama. Saya pun membeli souvenir 2 magnet kulkas dan 1 souvenir untuk teman kantor yang berjasa membantu saya make it on time ke bandara kemarin pagi (saya orang yang tau berteima kasih bukan? Hehee).

Tidak sampai setengah jam berkeliling, kami pun meninggalkan Central Market dan menuju stasiun Bukit Bintang dengan LRT. Kami masuk ke Bukit Bintang Plaza yang langsung tersambung dengan stasiun Bukit Bintang. Impresi kami pertama kali masuk, seperti ada di ITC Cempaka Mas (tapi dikurang pedagang ponsel yang bejibun di sana). Adik saya yang suka dengan hal 'per-kuku-an' tertarik dengan promo manicure 11 RM. Tapi setelah ditanya ternyata harganya bukan segitu lagi *lha!. Sampai ke suatu toko yang ramainya berbeda, ternyata sale Venicci. Well, walau diskonnya lumayan tapi saya bukan orang yang gampang termakan promosi. Masa iya sepatu teplek biasa harganya 200 rebong? Lewaattt!!!! Tapi ada promo kacamata gaya cuma 15 RM! Karena tertarik, saya dan adik perempuan saya sepakat untuk membelinya (sambil saling mengingatkan: kita belum beli oleh-oleh snack buat papi mami ya!).

Fiuhh.. Lama berkeliling tampaknya kami belum menemukan makanan yang pas untuk dibeli sebagai buah tangan untuk orang tua kami tercinta. Sampai di lower ground: makjam! Pameran makanan Korea! Oh, berjodoh sekali saya dengan Korea! I mean, even when I go to Malaysia, Korea is around still! LOL! Pertama, saya cari Soju! Ayah saya ketagihan minum saat saya bawa kemarin dari Seoul. Tapi sayangnya tidak ada. Sepertinya restricted di Malaysia :(

Dan waktu menunjukkan hampir pukul 2 siang. Oh, no! Saya belum menemukan makanan yang harus dibeli untuk orang tua saya. Untunglah saya teringat dengan Giant, Carrefour, Lotte Mart, dan sejenisnya. Setelah bertanya ke petugas, ternyata ada Giant supermarket! Tanpa membuang waktu, saya pun menuju kesana. And you know what? Banyak makanan yang bisa kami beli di sini! Dan mereka pasti suka! Dan tidak ketinggalan: Darlie toothpaste! (kata nyokap udah ga ada lagi di Indo). Kalap, kami pun beli 8 edisi jumbo! Dan kabar buruknya, kami tidak memesan bagasi untuk kepulangan kami ke Jakarta! Allahu alam.

Buru-buru kami keluar dan menuju LRT Bukit Bintang menuju KL Sentral. Untunglah semua berjalan dengan lancar dan bus KL Sentral menuju LCCT juga langsung berangkat begitu kami naik! How lucky are we! Tiba di LCCT pukul 15.30. Cukup waktunya untuk kami yang belum makan siang ini untuk bersantap di Taste of Asia. Walau rasanya bosan (karena setiap transit di LCCT pasti makan di sini), saya tetap memilih tempat ini supaya adik-adik saya bisa mencicipi. *cieilah

Kira-kira satu jam sebelum departure, kami check-in. Dan, oh no! Poster di dinding tertulis: no liquid, no GEL! Sepertinya butuh iman lebih untuk bisa melewati petugas imigrasi. Dan benar! Scanner bagasi pun mendeteksi odol Darlie yang saya bawa! Aish! Hampir 15 menit negosiasi dengan petugas imigrasi berjilbab, hasilnya nihil! Adik saya pun menyarankan untuk merelakannya. Saya bergegas ke gate 22 (kalo ga salah). Beberapa menit duduk, hati saya berat rasanya menyerahkan 'paket gratis' ke petugas imigrasi kejam tadi. Dua ratus ribu bok! Akhirnya saya memutuskan kembali ke petugas dan membeli bagasi (walau tau konsekuensinya mahal). Untungnya (atau sialnya?) dulu saya pernah membeli bagasi Airasia on the spot (gonna be written on another page). Lari terbirit-birit bagai imigran gelap dikejar polisi, saya wrap odol segepok (10 RM untuk kardus+7 RM untuk wrap), dan membeli bagasi. Seingat saya dulu, bagasi termurah hanya 25 RM. Tapi ternyata.. "Fifty, mam!" / "Oh, fifteen" / "No, Five and O'" / "FIFTY!?!?!". My jingo! Saya tidak yakin uang saya ada segitu. Serius! Dikocek-kocek.. sana sini.. Viola! Miracle happened! Inilah yang namanya mukjizat. Saya yakin sekali uang saya di dompet tidak sampai 50 RM (kalo 50 US Dolar sih ada! Bukannya nyombong nih. Haha!). Dan ternyata: PAS 50 RM! Itulah mukjizat, semuanya pas! Pas waktunya, pas jumlahnya! Oh, haleluya! Saya pun memuji Tuhan. *sambil lari terbirit-birit

Tepat saya sampai, lima menit kemudian semua penumpang masuk ke pesawat. Segera meninggalkan Kuala Lumpur dan bertolak ke Jakarta. Traveling saat sakit dan kejadian-kejadian tak terduga lainnya. Sungguh traveling yang campur sari! That's backpacker.